Sabtu, 20 Agustus 2016

TAWARAN KE TIMOR TIMUR

Maliana, Timor Timur
Agustus 1996.
“Mas Supianto, ini ada pekerjaan di Timor Timur, sampean mau?”.
“Iya Mas, saya mau”. Jawab saya tanpa berpikir panjang ketika mendapat tawaran dari Mas Agus Setyawan, chief saya dulu ketika masih mengerjakan proyek di Padang.
Mas Agus Setyawan ini adalah seorang ahli Geodesi lulusan Teknik Geodesi UGM. Beliau banyak memberi ilmu dan wawasan kepada saya tentang ilmu ukur tanah dan pemetaan. Beliau juga yang mendorong saya agar pergi ke Jakarta untuk menyelesaikan masalah pekerjaan, termasuk gaji saya yang belum dibayarkan.
Mendapat tawaran pekerjaan ke Timor Timur, tidak pernah terpikir sama sekali sebelumnya oleh saya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan  daerah yang akan saya datangi itu. Yang saya ketahui tentang Timor Timur pada saat itu hanyalah bahwa wilayah itu tidak aman. Itu saja, tidak ada yang lain.
Terpikir oleh saya kemudian tentang keamanan disana nanti. Bagaimana kalau…?, bagaimana kalau terjadi sesuatu?. Terpikir hal-hal seperti itu membuat hati saya kecut.
Saya berusaha menghibur diri. Saya kan tidak berangkat sendiri, ada pimpinan saya Mas Agus Setyawan yang sudah berpengalaman. Paling tidak kalau ada apa-apa nantinya, masih ada yang lebih senior dan bertanggung jawab, pikir saya. Tetapi ternyata dugaan saya meleset.
“Tapi saya tidak ikut, lho... Nanti sampean bergabung dengan tim lain”.
“Waduh… Jadi sampean nggak ikut, Mas?”. Kekhawatiran menyusup lebih dalam di hati saya. Terpikir juga untuk membatalkan saja tawaran itu, tetapi saya merasa tidak enak karena sudah terlanjur menyanggupi.
Akhirnya, meskipun masih ada kekhawatiran, saya kuatkan tekad untuk berangkat. Saya yakinkan dalam hati, kalau ada apa-apa, pasti pertolongan Tuhan selalu dekat.
“Iya, Mas. Nggak apa-apa, saya siap berangkat”.

Itu terjadi dua puluh tahun yang lalu. Hari itu adalah pertemuan terakhir saya dengan Mas Agus Setyawan. Sejak itu saya tidak pernah bertemu beliau lagi. Salam Hormat.