Selasa, 17 Januari 2017

GAS POLL REM POLL

Pertama kali saya mengetahui ungkapan “Gas poll rem poll” ini adalah ketika membacanya dari bagian belakang bak truk. Memang banyak ungkapan-ungkapan lucu yang tertulis di bak truk itu. Kita yang membacanya terkadang dibuat senyum-senyum sendiri.
Ungkapan “Gas poll rem poll”, bagi saya, tidak hanya sekedar lucu-lucuan. Tetapi lebih dari itu, ungkapan itu dapat menggambarkan bagaimana masyarakat kita berkendara di jalan raya. Sebagian masyarakat kita hanya bisa menjalankan kendaraan saja. Belum sampai pada bagaimana berkendara yang baik dan benar serta aman bagi keselamatan. Aman bagi diri si pengendara sendiri, juga aman bagi pengendara lain.
Sering kita lihat, orang yang mengendarai sepeda motor, biasanya ibu-ibu, dengan kecepatan yang agak tinggi tetapi kakinya tetap menginjak pedal rem. Itu terlihat dari lampu rem yang menyala terus–menerus ketika sepeda motor melaju kencang. Disitulah terjadi gas poll rem poll itu.
Kekeliruan yang lebih sering terlihat adalah ketika lampu sein menyala tidak sesuai dengan arah membelok. Kendaraan membelok ke kiri tetapi lampu sein yang menyala justru sebelah kanan. Hal ini sering terjadi karena pengendara tidak menyadari bahwa lampu sein itu terus-menerus menyala, hingga pengendara hendak berbelok kearah sebaliknya.
Kekeliruan lain yang dilakukan oleh anak-anak muda, biasanya berkendara sambil menggunakan alat komunikasi. Berbicara sambil berkendara atau bahkan berkendara sambil mengetik pesan atau membaca pesan yang masuk di gadgetnya. Mereka melakukan itu seolah-olah dia sendirian saja, tidak ada orang lain di jalan raya itu. Mereka tidak menyadari bahayanya, kelengahan yang terjadi beberapa detik saja dapat menyebabkan kecelakaan yang berakibat jatuhnya korban dan hilangnya nyawa.
Banyak sekali bila diurutkan daftarnya, bagaimana masyarakat kita berkendara dengan cara yang memprihatinkan. Berkendara saling serobot, tidak menggunakan helm, membonceng anak-anak tanpa pengaman, dan masih banyak lagi.
Yang lebih memprihatinkan lagi adalah banyak orang tua yang melepaskan anak-anak yang masih belum cukup umur untuk mengendarai sepeda motor sendiri di jalan raya. Melihat hal seperti ini, saya tidak habis pikir, apa yang ada dalam benak para orang tua itu. Apakah mereka itu bangga kalau anaknya bisa naik sepeda motor sendiri? Bukankan melepaskan anak-anak itu ke jalan raya justru membahayakan anak-anak itu. Alih-alih menjadi kebanggaan, bagi saya orang tua seperti itu justru secara tidak langsung menempatkan anaknya dalam bahaya besar.
Berkendara yang baik dan benar tidak hanya soal mematuhi rambu-rambu lalu lintas saja. Tetapi lebih dari itu, kita perlu beretika dalam berkendara. Kebiasaan yang buruk dan tidak beretika dalam berlalu lintas ini seringkali menimbulkan kecelakaan di jalan raya.
Mengapa semua itu bisa terjadi? Mengapa kita tidak mampu berkendara dengan baik, benar dan aman? Saya pikir, jawabannya adalah karena kita tidak diajari sejak dini bagaimana berlalu lintas yang benar. Selama ini, kita belajar berlalu lintas hanya secara otodidak saja. Belajar dari pengalaman.
Tugas kita sebagai orang tua adalah mengajari dan membimbing anak-anak kita. Agar mereka aman dan selamat di jalan raya. Sudah begitu banyak contoh yang dialami anak-anak itu, mereka pulang tinggal nama saja…