Sebelum tahun 2002, Timor Timur masih menjadi bagian dari
Indonesia. Timor Timur menjadi propinsi Indonesia yang ke 27. Setelah berpisah
dari Indonesia dan menjadi Negara sendiri, namanya kemudian berubah menjadi
Timor Leste. Orang Timor sendiri menyebutnya Timor Lorosae, yang berarti tempat
matahari terbit.
Pusat pemerintahan Timor Timur berada di kota Dili. Kota Dili terletak
di pesisir utara pulau Timor. Kota ini tidak terlalu ramai, namun eksotik. Cukup
banyak bangunan-bangunan lama peninggalan pemerintahan Portugis, dapat kita
temui di sana. Salah satunya adalah gedung yang dulu digunakan sebagai Kantor
Gubernur Timor Timur. Gedung yang masih terawat baik ini berada ditepi pantai
Dili, menghadap ke Selat Ombai.
Ketika saya berada disana pada tahun 1996, sedang ada
persiapan peresmian patung Kristus Raja oleh Presiden Suharto. Pengerjaan
patung raksaa itu baru saja usai. Patung Kristus Raja (sekarang namanya Christo
Rei), terletak di sebelah timur dan menghadap ke pusat kota Dili. Jaraknya
kira-kira enam kilometer dari pusat kota. Saya sempat jalan-jalan kesana
sebelum patung itu diresmikan.
Patung Kristus
Raja menjulang tinggi di
puncak Bukit batu yang kuat dan terjal. Bukit itu bernama Bukit Fatucama, yang terletak di tepi pantai. Kalau kita berdiri diatas bukit itu, akan
terasa angin laut bertiup kencang, menerpa wajah. Dari atas bukit kita bisa
melihat dengan jelas kota Dili.
Patung Kristus Raja merupakan karya seni
yang luar biasa indah. Patung ini menggambarkan sosok Yesus Kristus yang sedang
berdiri tegak diatas bola dunia. Dengan jubahnya yang sederhana, wajahnya terlihat
teduh. Sambil mengangkat kedua tangannya, patung itu seolah mengatakan “Selamat
datang di Bumi Timor Lorosae”.
Dulu, patung ini pernah mendapatkan penghargaan dari
Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai patung tertinggi di Indonesia. Tingginya mencapai
27 Meter. Konon, tinggi patung ini melambangkan Timor Timur sebagai provinsi
ke-27 Indonesia.
Untuk mencapai lokasi patung ini tidaklah
mudah. Kita harus menapaki lebih dari enam ratus anak tangga. Disepanjang
perjalanan menaiki anak tangga ini, kita akan melewati empat belas titik
pemberhentian. Jumlah ini melambangkan empat belas tahap perjalanan Yesus
Kristus menuju penyaliban.
Di setiap pemberhentian, terdapat relung
yang berbentuk setengah lingkaran, seperti sebuah mihrab. Didalamnya berisi ornamen atau relief yang menggambarkan proses
penyaliban Yesus Kristus. Diatas tiap-tiap ornamen itu terdapat keterangan yang ditulis melengkung, menjelaskan proses
penyaliban. Tulisan itu dalam dua bahasa, Indonesia dan bahasa Inggris. Saya
sempatkan untuk berfoto di salah satu relung penyaliban itu.
Di kawasan Bukit Fatucama ini, selain Patung Kristus
Raja, juga ada pantai cantik dengan pasir putih. Di tepi pantai banyak terdapat
café yang cocok untuk bersantai, sambil menikmati indahnya pantai dikala senja.
Bagi yang berkesempatan berkunjung ke Dili, jangan sampai melewatkan berkunjung
ke Patung Kristus Raja.