Selasa, 03 Oktober 2017

MENJADI KONTRAKTOR

Minggu lalu kami pindah kantor. Pindah dari kampus satu ke kampus dua. Acara pindahan ini cukup menyita energi kami. Waktu seminggu rasanya tak cukup untuk menyelesaikan agar semua hal tertata rapi kembali.
Saya menjadi teringat kembali masa-masa beberapa tahun yang lalu. Ketika itu kami harus berpindah-pindah rumah. Bukan karena rumahnya banyak, tetapi karena rumah yang ditempati sudah habis masa sewanya. Habis masa kontraknya, lalu pindah lagi ke kontrakan yang lain.
Karena masih ngontrak, biasanya, orang-orang menyebutnya sebagai "kontraktor".
Sebagai keluarga muda, tentu sangat wajar bila belum mempunyai pondasi ekonomi yang kuat. Apalagi bila membangun rumah tangga hanya dengan bermodalkan cinta, tinggal di rumah sewaan biasanya menjadi pilihan.
"Yang penting bisa hidup mandiri, lepas dari kehidupan orang tua", begitu biasanya yang ada dalam pikiran mereka.
Berpindah-pindah rumah bukan pekerjaan yang mudah. Mengemas barang-barang, mengangkutnya lalu menatanya kembali adalah pekerjaan yang melelahkan.
Tentu saja kami bersyukur, kini tak perlu berpindah-pindah lagi. Meski sederhana tapi rumah kami sudah milik sendiri.
Masa-masa sulit itu kini menjadi kenangan yang mengharukan. Keadaan yang menghantarkan kami pada rasa syukur yang dalam.
Bagi engkau yang hingga kini masih ngontrak atau masih menjadi "kontraktor", mudah-mudahan segera dikabulkan doamu untuk memiliki rumah yang diimpikan.
Nikmati saja hidupmu hari ini dengan rasa syukur, karena kesulitan-kesulitan dimasa lalu akan menjadi cerita indah saat engkau sukses nanti.
Termasuk saat-saat menjadi "kontraktor"....