Rabu, 02 Mei 2018

RM PADANG MURAH


Sebagai orang yang terlahir dan dibesarkan di Sumatera Barat, tentu saja saya penikmat masakan padang. Bahkan lebih dari itu, untuk beberapa jenis masakan ini, saya juga bisa memasaknya sendiri.
Karena sudah sangat biasa makan masakan padang yang asli, bila suatu saat makan di warung padang di tempat lain, rasanya pasti berbeda. Kayak ada kurang-kurangnya...
Beberapa warung atau rumah makan padang yang ada di Jember ini, hampir semuanya sudah saya coba. Rasanya masih standar masakan padang. Selama tukang masaknya masih orang padang asli, untuk urusan rasa memang masih original. Tetapi kalau sudah dimasak oleh selain orang padang, apalagi orang yang belum pernah makan masakan yang asli, maka dipastikan rasanya akan berbeda.
Beberapa waktu belakangan ini, di Jember khususnya, banyak bermunculan rumah makan yang menamakan dirinya sebagai"Padang Murah". Rumah makan ini tersebar di sekitar wilayah kampus. Sesuai dengan namanya, andalan rumah makan ini adalah harganya yang murah. Bahkan, di bagian bawah plang namanya tertulis "harga pelajar".
Beberapa kali saya mencoba makan disana. Terkadang saya juga berbincang dengan pengelolanya. Dari perbincangan itu saya ketahui bahwa pemiliknya bukan orang Padang, tetapi dari Jogja.
Untuk soal rasa, tentu tidak bisa dibandingkan dengan masakan padang yang asli. Rasanya jauh berbeda dengan yang dimasak oleh orang padang. Rasanya sudah disesuaikan dengan selera jawa. Rasa yang sudah dimodifikasi ini, sepertinya lebih cocok dan disukai oleh lidah dan selera orang jawa. Selera lidah Jawa menyukai yang manis-manis.
Begitu pula dengan pilihan menu makanannya, ada beberapa menu yang disajikan diluar pakem masakan padang seperti yang sering kita lihat di restoran padang yang asli.
Cara penyajiannya pun demikian. Biasanya penyajian di rumah makan padang dilayani langsung oleh penjualnya. Terkadang juga dilayani dengan cara dihidangkan semua masakannya dalam piring-piring kecil di diatas meja. Tetapi disini berbeda. Pelayanan dilakukan secara prasmanan. Pembeli mengambil sendiri makanan yang diinginkannya lalu menunjukkan kepada kasir untuk dihitung berapa harga yang harus dibayar.
Beberapa alasan tersebut, harga yang murah, rasa yang sudah dimodifikasi dan pelayanan secara prasmanan inilah, barangkali, yang membuat rumah makan ini ramai didatangi pelanggannya. Dampaknya, beberapa rumah makan padang yang asli sudah mulai kehilangan pelanggannya. Beberapa diantaranya sudah tutup karena tidak mampu bersaing...
Jangan heran bila makan di rumah makan padang, kini tak terdengar lagi ucapan, "Tambuah ciek, Da...!!".

KESAN PERTAMA


Ada ungkapan begini, "Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda".
Seringkali kita sangat terpesona dan terkesan dengan seseorang yang baru kita kenal. Kesan itu biasanya timbul karena penampilannya yang rapi dan bersih. Bisa juga terkesan karena tutur kata dan sikapnya yang baik dan sopan.
Kesan demikian ini tentu tidak salah. Karena memang hanya dari penampilan dan sikap pertama itulah kita dapat melakukan penilaian kepada seseorang yang baru kita kenal. Tetapi jangan berhenti hanya sampai disitu. Itu belum final. Jangan sampai kita berhenti menilai hanya sebatas penampilan saja. Apalagi bila kita hendak melakukan suatu perbuatan yang penting, jangan hanya didasarkan pada penilaian awal itu.
Ada ungkapan lain yang juga tidak kalah penting, yaitu "Jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya". Ungkapan ini sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa Inggris. Maksudnya adalah jangan sampai kita menilai seseorang hanya dengan mendasarkan pada kesan pertama dan penampilannya saja. Kebaikan seseorang belum dapat dinilai sepenuhnya hanya dari penampilan dan tutur kata yang baik.
Boleh jadi penampilan dan tutur kata yang baik itu hanya modus saja. Mereka menggunakannya hanya untuk kamuflase dan menutupi niat jahatnya.
Akhir-akhir ini semakin banyak kasus penipuan yang terjadi karena terpesona pada penampilan dan terpukau kata-kata manis pelakunya...
***

NIKMATI SUKSESMU


Suatu hari, saya berbincang soal aktivitas reuni sekolah dengan seorang teman. Kami adalah teman satu sekolah yang tak pernah bertemu lagi sejak lulusan sekolah dulu.
"Kamu ikut acara reuni kemarin nggak?", tanya saya.
"Nggak, kebetulan ada acara keluarga diluar kota".
"Kalau kegiatan alumni yang lain, pernah ikut?".
"Nggak juga. Mereka kan orang-orang yang sudah sukses. Sedangkan aku apalah, hanya ibu rumah tangga, tidak sukses seperti mereka".
"Menjadi ibu rumah tangga yang sukses, juga sangat membanggakan, lho..", jawab saya mencoba untuk meyakinkan.
***
Seringkali kita ini kurang menghargai diri sendiri. Kurang menghargai kerja keras, perjuangan dan keberhasilan kita sendiri.
Kita lebih sering melihat pada kesuksesan orang lain. Lalu membandingkannya dengan apa yang ada pada diri sendiri. Bila hasil perbandingan itu memberikan dampak positif, misalnya dapat memicu kita untuk bekerja lebih keras, tentu hal itu sangat baik.
Tetapi, seringkali justru hal itu membuat kita menjadi minder, tidak percaya diri. Semua yang kita lakukan selama ini seolah tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang dilakukan teman-teman kita. Apa yang kita hasilkan selama ini tidak sebesar dan sebanyak apa yang dihasilkan teman-teman kita.
Pada saat itu, mulailah kita kurang menghargai diri sendiri. Kita kurang menghargai kerja keras yang kita lakukan selama ini.
Membandingkan diri dengan orang lain, dalam hal seperti ini tidaklah pada tempatnya. Setiap orang dilahirkan dari keluarga dengan latar belakang yang berbeda-beda. Lalu dibesarkan dengan cara dan kualitas pendidikan yang berbeda. Pada akhirnya, menjalani pertarungan kehidupan di gelanggang yang berbeda pula.
Karena itu, tak perlu membandingkan hidupmu dengan hidup mereka. Tak perlu membandingkan suksesmu dengan sukses mereka. Sepanjang kita telah bekerja keras dan berlaku lurus, maka itulah makna sukses yang sesungguhnya.
Nikmati suksesmu sendiri...!!!

ANAK-ANAK CERDAS


Beberapa waktu terakhir ini adalah hari-hari sibuk bagi anak-anak yang akan menghadapi ujian akhir di sekolah. Ujian itu banyak macamnya, ada ujian nasional, ujian akhir sekolah dan ujian akhir semester. Setelah itu masih ada lagi ujian untuk seleksi masuk sekolah jenjang berikutnya.
Anak saya termasuk diantara yang sibuk itu. Dia sekarang duduk di kelas enam SD. Hari-harinya dipenuhi dengan kegiatan untuk menghadapi ujian akhir dan persiapan masuk SMP yang jadi pilihannya. Kesibukan itu antara lain, mengikuti tambahan pelajaran di sekolah dan mengikuti beberapa try out ujian nasional. Ada try out yang diadakan oleh sekolah sendiri, ada pula yang diadakan oleh sekolah lain atau lembaga pendidikan lain.
Kemarin, ketika hasil try out UN di sekolah dibagikan kepada orangtua siswa, guru kelasnya mengatakan begini, "Kepada Bapak Ibu orangtua siswa, apapun hasilnya dari try out yang dibagikan ini, hanyalah hasil uji coba saja. Kalau hasilnya baik, alhamdulillah, tetapi kalau hasilnya belum memuaskan, tolong anaknya jangan dimarahi, jangan diberi hukuman. Karena hal itu justru akan membuat anak tidak percaya diri dan patah semangat".
"Anak-anak yang nilai akademiknya tidak terlalu bagus,", lanjutnya, "bukan berarti mereka itu anak yang bodoh. Mereka hanya tidak memiliki minat pada pelajaran itu, mereka mungkin berminat pada hal-hal yang lain".
Banyak orang tua yang menganggap anaknya kurang pandai karena nilai-nilainya di sekolah tidak terlalu bagus. Apalagi jika dibandingkan dengan anak-anak yang selalu memperoleh peringkat terbaik di kelasnya.
Kita tahu, tidak semua anak menaruh minat pada pelajaran di sekolah. Kita tahu dan merasakan dulu ketika masih di bangku sekolah, ada anak yang lebih suka menggambar daripada mendengarkan guru yang sedang berbicara didepan kelas. Halaman buku lebih banyak berisi gambar-gambar daripada catatan pelajaran. Ada anak yang lebih senang olahraga daripada belajar sejarah. Ada yang senang menyanyi dan menari daripada hitung-hitungan matematika. Ada pula yang lebih senang berbicara sendiri daripada mendengarkan guru yang sedang menerangkan pelajaran.
Sebenarnya, minat anak-anak itu adalah bentuk kecerdasan juga. Hanya saja, sistem pendidikan kita hanya mengakui satu bentuk kecerdasan saja, yaitu kecerdasan intelektual atau intellectual quotient/IQ. Anak-anak yang memiliki kecerdasan lain selain kecerdasan intelektual, kecerdasannya akan diabaikan. Anak yang memiliki kecerdasan lain ini akan merasa bodoh serta dianggap kurang pandai karena dibanding-bandingkan dengan anak yang memiliki kecerdasan intelektual lebih tinggi.
Para ahli mengemukakan bahwa ada beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, diantaranya :
Kecerdasan linguistik-verbal, kecerdasan ini yang dipakai oleh system pendidikan untuk mengukur IQ seseorang. Orang yang memiliki kecerdasan ini merupakan seseorang yang pandai mengolah kata-kata saat berbicara maupun menulis.
Kecerdasan numeric, Kecerdasan ini adalah tipe orang yang memiliki kecerdasan dalam hal angka-angka dan logika. Kecerdasan spasial, kecerdasan ini dimiliki oleh orang-orang kreatif.
Kecerdasan fisik, kecerdasan ini dimiliki oleh para atlet dan penari. Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu mengekspresikan gagasan dan perasaan. Mereka menyukai olahraga dan berbagai kegiatan yang mengandalkan fisik.
Kecerdasan musical, Mereka yang termasuk ke dalam tipe ini mampu mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk musik dan suara.
Kecerdasan interpersonal, Orang dengan kecerdasan ini biasanya mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Mereka dapat dengan mudah berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.
Kecerdasan intrapersonal, kecerdasan ini sering disebut kecerdasan emosional. Orang tipe ini memiliki kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri.
Kecerdasan lingkungan, kecerdasan ini berkaitan dengan hal-hal disekeliling mereka. Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memahami alam dan menggunakannya secara produktif.
Oleh karenanya, orang tua yang anaknya tidak menaruh minat yang besar pada pelajaran sekolah, janganlah mudah mengatakan bahwa anak itu bodoh atau kurang pandai. Tugas orang tua adalah menemukan kecerdasan alamiah anak itu dan mendorongnya agar tumbuh dan berkembang.