Minggu, 02 Oktober 2016

BERBAHASA INGGRIS

Saya tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, karena memang tidak pernah belajar secara khusus atau kursus bahasa Inggris. Saya tidak menyesalinya, karena keadaan masa kecil saya yang serba kekurangan dan berada jauh di pedalaman. Yang kami fikirkan waktu itu hanya bagaimana agar kami tetap bertahan untuk bisa terus sekolah.
Setelah menginjak dewasa, baru saya sadari bahwa kemampuan berbahasa Inggris sangat penting, baik di dunia akademik maupun dalam bidang pekerjaan. Dulu, ketika saya masih bekerja sebagai surveyor pemetaan di Surabaya, pada tahun 1997, saya pernah ditugaskan untuk mengawasi pekerjaan pengukuran bawah laut untuk proyek pengerukan dermaga International Container Terminal (ICT). Ketika itu saya bekerja bersama dengan seorang surveyor asal negeri Belanda.
Kami berdua berada dalam satu speedboat khusus yang memang didesain untuk pengukuran bawah laut. Satu-satunya masalah kami adalah, saya tidak mampu berbahasa inggris, sebaliknya dia juga tidak bisa berbahasa Indonesia sama sekali. Jadilah kami berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan sekali-sekali berbahasa inggris, yes, no, ok dan thank you. Hanya itu...
Pengalaman itu terus membekas dalam fikiran saya. Saya tidak ingin hal itu terjadi pada anak-anak saya kelak. Anak-anak harus bisa berbahasa inggris dengan baik, ketika mereka sudah lulus SMA.
Satu-satunya cara agar mampu berbahasa Inggris adalah dengan berbicara dengan bahasa Inggris. Oleh karena itu, perlu wadah atau tempat agar anak-anak dapat saling berbicara sesama mereka dengan menggunakan bahasa Inggris. Wadah itu adalah kursus bahasa Inggris.
Tempat kursus tidak harus yang mahal atau lembaga yang terkenal. Bagi yang ekonominya pas-pasan, cukuplah misalnya, kursus di rumah guru Bahasa Inggris atau di rumah mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. Yang paling penting dalam kemampuan berbahasa ini adalah berlatih berkomunikasi dengan bahasa itu sebanyak-banyaknya. Seorang siswa tidak akan mampu berbahasa Inggris kalau didalam kelas itu dia hanya menulis dan mencatat materi saja, tanpa mencoba untuk mengucapkannya.
Satu hal penting yang lain adalah keberlanjutan. Artinya, dalam belajar berbahasa harus dilakukan secara terus-menerus. Kita sangat fasih berbahasa Indonesia karena setiap hari bahasa ini kita gunakan. Kita mengucapkannya secara terus-menerus, baik di rumah, di sekolah, di kantor dan dimanapun.
Demikian pula, bila kita ingin anak-anak kita mampu berbahasa Inggris, maka kita harus mengajaknya untuk berbicara. Setidak-tidaknya, dia berbicara dalam bahasa Inggris di tempat kursusnya.

PESAN UNTUK MAHASISWA BARU

Dalam setiap perkuliahan untuk mahasiswa baru, saya selalu memberikan dorongan semangat kepada mereka untuk mulai mencoba merencanakan apa yang menjadi target mereka dimasa depan. Hal itu saya sampaikan karena fakta yang ada sekarang ini, banyak lulusan sarjana yang tidak kunjung memperoleh pekerjaan alias masih menganggur. Banyak orang menyebutnya sebagai pengangguran terdidik.
Banyaknya pengangguran terdidik ini, boleh jadi karena dua penyebab. Yang pertama, karena jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya jumlah sarjana yang dihasilkan. Pertumbuhan lulusan sarjana selalu lebih banyak daripada pertumbuhan lapangan kerja. Penyebab kedua, karena lulusan sarjana yang dihasilkan tidak memiliki kompetensi sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh pengguna atau pemilik pekerjaan.
Untuk alasan yang pertama, tidak banyak yang dapat kita lakukan. Yang bisa kita lakukan hanyalah mendorong pemerintah untuk membuka lebih banyak lapangan pekerjaan. Atau dengan mencoba membuka lapangan kerja sendiri.
Saya lebih memberi perhatian terhadap penyebab kedua. Banyak lulusan sarjana kita yang tidak memiliki kompetensi apapun yang dapat ditunjukkan selain daripada selembar ijasah kesarjanaannya. Mahasiswa kuliah hanya mengikuti prosesnya saja tanpa mengambil makna dan pelajaran darinya. Hanya mengikuti arus dan berjalannya waktu. Hingga akhirnya berlalu masa empat tahun, dan tiba-tiba saja dia sudah sarjana.
Sebenarnya banyak hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa agar tidak sampai terjebak menjadi sarjana tanpa kompetensi ini. Langkah awal yang dapat dilakukan mahasiswa, terutama mahasiswa baru adalah dengan merencanakan perkuliahannya. Target kompetensi apa yang harus dimilikinya setelah lulus kuliah, harus mulai dipelajari dan dilatih sejak awal perkuliahan.
Saya selalu menyarankan tiga hal yang menurut saya sangat penting, yang hendaknya dikuasai oleh lulusan sarjana untuk mendukung kompetensi pokok mereka, dalam bidang apapun yang mereka pilih. Ketiga hal itu adalah penguasaan bahasa asing, kemampuan menulis dan kemampuan presentasi. Ketiganya harus mulai dipelajari dan dilatih sejak awal agar pada saat lulus sebagai sarjana nanti, ketiga kemampuan itu tidak perlu lagi dipertanyakan.