Senin, 03 Juli 2017

KESENJANGAN INTELEKTUAL

Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan. Berbagi informasi, mempererat pertemanan, termasuk untuk mengembangkan bisnis, adalah beberapa contoh dari manfaat tersebut.
Pada saat yang sama, media sosial juga mempunyai dampak negatif, terutama bagi penggunanya yang tidak siap dengan perkembangan teknologi.
Media sosial memungkinkan semua orang untuk saling berinteraksi dan berbagi informasi. Tak peduli apakah informasi yang diperoleh itu benar atau palsu (hoax).
Tak peduli pula, apapun status sosial seseorang, kaya atau miskin, tua atau muda, bahkan yang terpelajar maupun yang tak berpendidikan sama sekali. Seorang yang tidak memiliki dasar intelektual yang baik dapat berinteraksi dengan orang yang memiliki kualitas akademik yang tinggi.
Tetapi sayangnya, interaksi itu tidak selalu digunakan untuk belajar kepada orang yang lebih mumpuni keilmuannya, tetapi justru digunakan sebagai sarana memfitnah dan menghujat.
Sebagaimana yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Media sosial sering digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki riwayat intelektual yang mumpuni untuk menghujat dan menghina tokoh-tokoh yang justru memiliki standar keilmuan yang sangat tinggi, tidak hanya secara akademik namun juga telah menghasilkan karya-karya yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Seorang yang telah menekuni bidang keilmuan selama berpuluh-puluh tahun dengan mudahnya dihujat, dianggap sesat bahkan dikafirkan tanpa dasar, tanpa argumen intelektual yang kuat. Mereka menghujat hanya karena tidak sejalan dengan pendapat dan keinginannya.
Saya menyebut keadaan ini sebagai kesenjangan intelektual.
Namun, yang membuat saya tidak habis fikir adalah banyak orang yang menyetujui dan mendukung cara-cara seperti itu. Persetujuan mereka itu ditunjukkan dengan menyukai, komentar-komentar yang kasar, bahkan membagikan kembali tulisan-tulisan itu tanpa merasa perlu melakukan konfirmasi kebenarannya.
Seseorang yang memiliki kualitas intelektual yang baik tentu mampu membedakan antara kritik dan hujatan. Kritik selalu didasari argumen intelektual yang baik dan memiliki tujuan yang baik pula. Sedangkan hujatan sering kali didasari subjektifitas pribadi, perasaan tidak suka maupun kebencian saja.
Saya berharap keadaan ini dapat segera berakhir. Mari kita introspeksi diri masing-masing dan tidak membuat suasana semakin keruh. Caranya dengan tidak memberi komentar kasar yang berisi hujatan dan tidak membagikan ulang tulisan-tulisan semacam itu.
Semoga...