Minggu, 27 November 2016

ORANG SUKSES

Tadinya saya agak ragu ketika hendak menulis tentang topik ini. Sebagian besar orang menganggap bahwa yang disebut sukses itu bila sudah memiliki harta yang banyak, rumah mewah, mobil mewah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi. Seandainya sukses itu diukur hanya dengan banyaknya harta, maka saya termasuk orang yang tidak sukses.
Tetapi saya memiliki pendapat sendiri tentang arti sukses. Saya yakin setiap orang mempunyai definisi sendiri-sendiri sesuai dengan latar belakang sosial, pendidikan dan lingkungannya masing-masing.
Seandainya sukses itu diukur dengan jumlah harta yang dikumpulkannya, tentu seorang koruptor juga termasuk orang yang sukses. Seorang pengemplang pajak juga akan tergolong sebagai orang yang sukses. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh orang-orang itu, yang dengan mudah memperoleh uang banyak, bila mereka tidak tertangkap oleh aparat hukum.
Kalau hanya orang kaya harta saja yang dianggap sukses, lalu bagaimana dengan orang-orang yang bekerja siang malam untuk mengumpulkan harta, hingga tidak ada waktu untuk memeluk dengan penuh kasih sayang kepada istri dan anak-anaknya. Tidak sempat sungkem kepada orang tuanya, tidak mengenal siapa tetangganya. Padahal mereka itu tinggal di rumah-rumah mewah, hartanya melimpah, tetapi tidak ada waktu untuk menikmatinya. Apakah mereka ini juga termasuk orang yang sukses.
Sukses bagi saya adalah mampu memberi manfaat bagi sebanyak mungkin orang. Semakin banyak orang yang menerima manfaat dari diri seseorang, maka semakin sukseslah orang itu. Begitu pula sebaliknya, bila kehidupannya tidak memberikan manfaat apapun bagi orang lain maka dia tidak termasuk orang sukses. Dia orang gagal.
Mampu memberi manfaat bagi sebanyak mungkin orang tentu harus dimulai dari diri sendiri. Tidak bisa disebut sukses bila masih bergantung kepada orang lain, apalagi menjadi benalu bagi orang lain. Seseorang yang sukses harus mampu mencukupi dirinya sendiri, dimulai dari cukup menghidupi diri sendiri secara ekonomi. Kemudian meningkat lagi, mencukupi keluarga dan orang-orang yang ada dalam tanggung jawabnya.
Selebihnya, tidak harus memberi manfaat terbatas secara materi saja. Manfaat yang diberikan disesuaikan dengan bidang masing-masing orang. Orang yang kaya harta tentu saja akan memberikan sebagian hartanya. Seorang pejabat akan menggunakan kewenangannya untuk mensejahterakan rakyatnya. Seorang ilmuwan akan memberi ilmunya, seorang seniman akan memberikan keindahan pada kehidupan banyak orang.
Demikian pula seorang agamawan akan memberikan ketenangan hati ditengah-tengah kekacauan kehidupan orang-orang yang memperebutkan kenikmatan duniawi.
Lalu, bagaimana kalau kita tidak punya sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain?. Tersenyumlah, berilah kesejukan kepada semua orang. Itu sudah cukup membuat orang bahagia.
Coba kita hitung-hitung, selain orang tua kita, siapakah yang paling berjasa dan memberi manfaat paling banyak kepada kita?. Tentu jawabannya adalah para Guru. Merekalah yang membekali kita dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk memilih apa yang kita inginkan dimasa depan. Merekalah orang sukses sebenarnya.
Kini, saatnya kita ucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu guru kita.
"Selamat Hari Guru….. Cikgu…!!".

TEPAT WAKTU

Persoalan ini sebenarnya cukup klasik dan dialami oleh banyak orang. Persoalan tepat waktu menjadi sesuatu yang sulit sekali untuk dilakukan. Karena begitu masifnya persoalan ini sampai-sampai ada istilah “jam karet”, julukan yang biasa ditujukan kepada mereka yang selalu terlambat.
Kita tentu pernah mengalami kejadian menunggu seseorang yang telah berjanji bertemu pada waktu yang telah disepakati, tetapi hingga terlewat lebih berpuluh menit, orang yang ditunggu belum muncul juga. Atau kegiatan rapat yang telah ditentukan waktunya, namun belum juga dimulai karena masih menunggu pimpinan yang belum datang.
Tidakkah terpikir oleh orang yang sering terlambat itu, apalagi yang tidak menepati janji itu, bahwa dirinya sedang ditunggu dengan gelisah oleh seseorang. Berapa banyak kegiatan yang dibatalkannya ketika dia berjanji dengan anda. Berapa banyak waktu yang dibuangnya hanya untuk menunggu anda. Berapa banyak kegiatan yang mentinya dapat dilakukannya jika tidak harus menunggu anda?.
Ada yang mengatakan bahwa persoalan tepat waktu ini adalah persoalan budaya. Budaya kita memang sering terlambat. Saya tidak setuju dengan pendapat ini. Budaya adalah hasil kreasi manusia, yang dapat berubah dan berganti sesuai dengan tuntutan perkembangan manusia itu sendiri. Jika kita menginginkan persoalan tepat waktu ini menjadi budaya kita, maka mau tidak mau kita harus menciptakan kebiasaan itu secara terus-menerus. Sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus dan konsisten dalam waktu yang lama, maka hal itu akan berubah menjadi budaya.
Tidak sedikit panduan moral dan dalil-dalil agama yang dapat digunakan untuk membimbing kita menjadi orang yang tepat waktu. Demikian pula, tidak diperlukan kecerdasan yang terlalu tinggi untuk memberi argumentasi logis terhadap pentingnya tepat waktu ini.
Cukup banyak dalil-dalil agama yang diajarkan kepada kita tentang hal ini. Kewajiban shalat lima waktu dengan mesti mengikuti waktu-waktu yang telah ditentukan, dapat kita jadikan acuan pentingnya kita tepat waktu. Kita tidak akan melaksanakan shalat magrib sebelum betul-betul telah masuk waktu magrib. Demikian pula untuk shalat-shalat lainnya.
Penentuan waktu yang lebih ketat lagi, dapat kita pelajari dari pelaksanaan puasa. Ketika sahur, kita tidak berani makan sahur melewati waktu imsak meskipun hanya semenit saja. Demikian pula ketika berbuka puasa. Meskipun makanan telah terhidang dihadapan kita, kita tidak akan berani berbuka puasa sebelum azan magrib pertanda masuknya waktu berbuka, berkumandang.
Ketika sedang berpuasa, kita sangat ketat dalam persoalan waktu ini. Tidak berani lebih cepat atau terlambat sedikitpun. Selalu tepat waktu.
Tetapi mengapa dalam kehidupan sehari-hari, sikap kita tidak mencerminkan perilaku yang demikian. Kita lebih sering terlambat. Apa yang salah dengan kita, atau apa yang salah dengan cara pendidikan kita?. Barangkali kita terlalu formalistis dalam soal ibadah, sehingga tidak memahami dan memaknai dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya pelajaran yang mesti kita ambil.
Bila disekitar kita dipenuhi oleh orang-orang yang tidak tepat waktu, maka menjadi orang yang tepat waktu akan memberikan keunggulan yang luar biasa kepada kita.
Tepat waktu adalah hadiah istimewa dalam setiap pertemuan, meskipun tak ada yang menganggapnya sebagai hadiah….