Rabu, 04 Januari 2017

BILA HATI SEDANG LELAH

Menjalani kehidupan akan terasa menyenangkan bila kita melaluinya dengan bahagia dan kesyukuran. Dimulai ketika bangun pagi, menjalani aktivitas lalu pulang dan istirahat kembali. Esoknya kembali terulang lagi rutinitas itu.
Terkadang, menjalani rutinitas pekerjaan membuat kita jenuh. Tugas-tugas yang dibebankan terkadang melebihi dari kemampuan kita. Hal itu membuat tidak hanya tubuh kita saja yang lelah tetapi juga pikiran kita. Apalagi bila pekerjaan yang telah kita lakukan dengan sungguh-sungguh itu tidak mendapatkan penghargaan yang semestinya dari orang-orang disekitar kita atau bahkan atasan kita.
Keadaan demikian itu seringkali membuat kita jenuh dan lelah. Hingga pada suatu titik, kita akan kehilangan kesabaran. Tak ada semangat lagi untuk melakukan sesuatu, bahkan ketika akan berangkat kerja pun kita soalah-olah tak membutuhkannya.
Bila hal itu sedang kita alami sekarang, bila kelelahan itu sedang menghampiri pikiran kita saat ini, maka beristirahatlah sejenak. Tetapi jangan mundur, jangan surut ke belakang. Bagaimanapun kehidupan ini harus tetap dilanjutkan, tak ada pilihan lain. Kecuali bila ingin mengakhiri hidup sampai disini saja.???
Dalam istirahat itu, nikmatilah kehidupan ini sebagaimana adanya. Nikmati kehidupan nyata yang ada dihadapan kita. Pemandangan alam yang indah disekitar kita sedang menunggu untuk dinikmati. Keluarga dirumah yang selalu menunggu kehadiran kita, anak-anak yang lucu menunggu pelukan hangat kita. Merekalah yang selalumenerima kita apa adanya, selalu mendukung setiap langkah kita, menyebut nama kita dalam setiap doanya. Itu semua adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita.
Bila semua itu belum mampu menghilangkan kegundahan hati, cobalah keluar dari lingkungan keseharian kita. Temuilah orang-orang yang secara ekonomi dan sosial berada dibawah kita. Cobalah berbincang-bincang dengan pedagang kecil, pengayuh becak atau orang-orang yang tinggal dilingkungan kumuh. Lihatlah kehidupan mereka, perhatikanlah cara mereka menjalani kehidupan ini dengan penuh syukur dan kebahagiaan.
Atau cobalah datangi panti-panti asuhan, dimana dirawat anak-anak yang tidak mengenal orang tuanya. Disana juga ditampung anak-anak yang orang tuanya tak mampu menghidupi dan merawatnya karena kekurangan secara ekonomi. Anak-anak yang berkekurangan secara fisik maupun mental menjalani hidup apa adanya. Cobalah berbincang-bincang dengan pengurus panti itu. Mereka dengan keadaan yang sebenarnya juga pas-pasan, tetapi dengan rela menyisihkan waktu dan tenaganya untuk merawat orang lain yang keadaannya lebih membutuhkan daripada dirinya sendiri.
Dengan begitu niscaya akan kita temukan keadaan diri kita berada dalam posisi yang lebih baik daripada mereka. Kesulitan yang kita alami tidaklah sesulit yang dialami mereka. Ketika kita tengah disibukkan dengan soal-soal pengembangan diri, kita akan melihat mereka masih bergulat dengan bagaimana bertahan hidup.
Ketika itu baru kita sadari bahwa nikmat Tuhan telah banyak yang kita nikmati.
Ketika itu baru kita sadari makna firman, “Maka nikmat Tuhan Manakah yang kamu dustakan?”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar