Minggu, 22 Januari 2017

MERENCANAKAN KEHIDUPAN

Ketika saya memutuskan untuk mendaftar kuliah belasan tahun yang lalu, saya tidak merencanakan apapun selain lulus menjadi sarjana. Selain karena sudah bekerja dan berkeluarga, umur saya juga sudah lebih tiga puluh tahun ketika itu.
Kuliah itu juga sebagai ekspresi balas dendam saya karena harus berhenti kuliah beberapa tahun sebelumnya. Ketika itu saya terpaksa harus berhenti karena kehilangan pekerjaan yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan untuk membiayai hidup dan pendidikan sekaligus.
Mengapa memilih fakultas hukum? Pilihan ini tak ada kaitannya dengan minat saya. Jurusan yang saya ambil pada kuliah sebelumnya adalah teknik sipil. Jurusan itu saya pilih karena memang ada kaitan dengan pekerjaan yang saya tekuni waktu itu, pemetaan topografi. Jurusan itu saya rasakan cukup berat bagi orang yang sudah seumuran saya, apalagi ditambah dengan kuliah sambil kerja. Hal itu akan terasa semakin berat.
Alasan memilih fakultas hukum adalah pilihan pragmatis saja. Pertimbangan ketika itu adalah bagaimana kuliah tidak menggangu pekerjaan, baik dari sisi waktu maupun materi yang dipelajari. Ketika itu, saya berfikir bahwa ilmu hukum termasuk ilmu sosial, selain belajar dibangku perkuliahan saya juga bisa belajar sendiri di rumah. Tidak ada soal hitung-menghitung seperti ketika kuliah di teknik sipil dulu. Dan benar saja, tidak terlalu menjadi soal bagi saya untuk memahami materi-materi pelajaran itu.
Akhir-akhir ini baru saya sadari bahwa kehidupan yang saya jalani selama ini hanya serba spontanitas. Semua hanyalah reaksi sesaat dari tekanan keadaan yang terus berubah. Lebih tepatnya adalah bagaimana agar tetap bertahan hidup. Saya sendiri tidak memiliki rencana untuk kehidupan saya dimasa depan nanti. Kehidupan ini seolah hanya dijalani saja apa adanya, bila ada hambatan dari kanan maka secara spontan akan berbelok kekiri. Begitu pula sebaliknya.
Soal merencanakan masa depan, adalah barang mewah dan tidak terjangkau bagi saya dahulu. Sekarang, dengan mudahnya akses informasi dari internet, semua orang bisa dengan mudah mencari referensi untuk menetapkan apa yang kita inginkan dalam kehidupan nantinya.
Tetapi tampaknya hingga sekarang pun, bagi sebagian anak muda, hal itu masih belum terbayang juga. Banyak mahasiswa yang masuk kuliah belum yakin betul dengan apa yang diinginkannya nanti setelah mereka lulus. Bila kita sendiri belum yakin dengan apa yang sebenarnya kita inginkan, lalu bagaimana kita akan mewujudkannya?
Kemarin, saya mencoba membantu para mahasiswa semester awal untuk memulai merumuskan kehidupan seperti apa yang diinginkannya nanti setelah dewasa. Caranya adalah dengan menuliskannya pada selembar kertas. Lalu dilanjutkan dengan menuliskan apa-apa yang harus dipersiapkan untuk mewujudkan impian-impian itu. Tulisan itu akan menjadi doa yang mengiringi kuatnya usaha kita.
Saya tidak sedang latah meniru para motivator yang memang sudah sukses dalam kehidupan mereka. Saya hanya ingin memberikan gambaran bahwa kehidupan yang tidak direncanakan hanya akan menghasilkan kehidupan seperti yang saya alami.
Bila kehidupan direncanakan besar maka hasilnya akan besar. Bila direncanakan cepat maka hasilnya akan cepat. Bila kita bekerja keras mewujudkannya, maka Tuhan akan membukakan jalannya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar