Sabtu, 28 Januari 2017

OBROLAN BULE SEMALAM

Banyak topik yang kami obrolkan dengan Mr. Luca, pemuda bule dari Itali itu. Kami mengobrol dengan dua keluarga, keluarga saya dan keluarga pakHari Gita Karyadi . Mulai dari makanan, budaya, bahasa, agama, hingga beberapa pemain olah raga dari Negara Itali.
Mr. Luca adalah seorang penjaga pantai di San marino, Itali. Wajahnya mirip pemain tenis yang kini menjadi peringkat satu dunia asal Inggris, Andy Murray. Kebetulan dia bareng satu kereta dengan anak saya, dari Solo Menuju Surabaya. Dua hari kemudian dia berkunjung ke Jember. anak saya membantunya mencari hotel yang murah dan menunjukkan tempat-tempat yang ingin dikunjunginya selama di Jember.
Umurnya sekitar dua puluh tujuh tahun. Tutur katanya sangat sopan. Bahasa Inggrisnya tidak terlalu fasih karena bahasa sehari-harinya disana adalah bahasa Itali. Hal ini membuat kami memahami semua yang dikatakannya. Gaya bicaranya yang tidak terlalu cepat memudahkan kami yang bahasa Inggrisnya masih belepotan, untuk mengerti apa yang dimaksudkan masing-masing. Meskipun begitu, komunikasi berjalan sangat baik, bahkan kami sampai tertawa terbahak-bahak bersama karena membicarakan sesuatu yang lucu.
Kami berbincang sambil menikmati nasi goreng, mie goreng, kopi hingga wedang uwuh. Wedang uwuh ini konon adalah minuman para bangsawan dari raja-raja Jogjakarta. Kami menyebutnya “drink for the king”. Wedang uwuh yang diseduh dalam satu gelas besar itu, dinikmatinya hingga tuntas.
Waktu menunjukkan hampir jam sepuluh ketika kami mengakhiri obrolan. Saya lalu mengantarkannya ke hotel dengan sepeda motor. Sepanjang perjalanan, dia masih bersemangat untuk berbicara. Sepertinya sepanjang obrolan tadi dia mengamati saya dan keluarga. Ada rasa penasaran dalam pikirannya.
“Mohon maaf, apa betul anda memang muslim?”, dia mulai bertanya.
“Betul, saya dan keluarga saya muslim semua”.
“Saya lihat anda berbeda, keluarga anda yang perempuan tidak pakai kerudung dan tidak memakai baju yang panjang, tidak seperti yang lain”, dia berkata sambil penasaran.
“Masalah bentuk pakaian yang ingin dipakai itu adalah pilihan masing-masing pribadi. Kalau dia ingin memakai kerudung atau baju yang panjang, silakan pakai. Kalau tidak ingin, pun tidak ada masalah. Menjadi muslim adalah soal keyakinan dan perilaku. Bukan soal pakaian yang dikenakan. Sepanjang masih dalam kesopanan, hal itu tidak menjadi masalah”, saya menjelaskan agak panjang lebar, meski dengan bahasa yang belepotan.
“Moslem inside, not outside”, dia menyahut.
“Yes”, jawab saya singkat.
“Apakah orang yang naik sepeda motor didepan itu juga muslim?”, dia bertanya sambil menunjuk orang yang dibonceng sepeda motor didepan saya. Orang itu perempuan tidak menggunakan kerudung di kepalanya.
“Yes, dia juga muslim, dan tidak ada masalah dengan dia”.
Obrolan berlanjut hingga tiba di hotel tempatnya menginap. Sebelum turun dia mengatakan bahwa menurutnya pemikiran saya sudah sangat terbuka.
“You are the real teacher, thank you”, katanya mengakhiri perbincangan.
“Sampai ketemu lagi, Mr. Luca”….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar