Senin, 05 September 2016

MENGHORMATI SUAMI

Menjadi seorang konsultan hukum, selain memperoleh penghasilan dari pekerjaan profesionalnya, juga mendapatkan banyak pelajaran dari kasus-kasus yang pernah ditanganinya. Kasus-kasus yang banyak memberikan pelajaran dan pengalaman berharga diantaranya adalah kasus yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga. Kasus seperti ini biasanya berhubungan dengan proses perceraian.
Ada dua contoh kasus yang hampir mirip, yang layak untuk dijadikan pelajaran dalam kehidupan berumah tangga. Posisi kasusnya begini:
Pasangan suami istri telah menikah lebih dari lima belas tahun. Telah memiliki dua orang anak. Kasus lainnnya, telah memiliki tiga anak, anak yang paling besar sudah beranjak remaja dan waktunya mendaftar masuk SMP. Si istri merasa kehidupan rumah tangganya biasa-biasa saja. Meskipun kehidupan ekonomi keluarga tergolong pas-pasan, istri bisa menerima keadaan itu. Apabila ada masalah-masalah kecil dalam rumah tangga, selalu bisa diselesaikan bersama. Permasalahan kecil yang terjadi tidak sampai membesar, yang menyebabkan rumah tangga menjadi retak.
Tetapi tidak bagi suami, tiba-tiba saja, si suami pergi meninggalkan rumah, meninggalkan istri dan anak-anaknya. Tidak lama kemudian, istrinya menerima surat panggilan dari pengadilan. Panggilan untuk mengikuti persidangan perkara permohonan cerai talak yang diajukan oleh suaminya.
Si Istri yang menerima surat panggilan itu, tubuhnya terkulai lemas, tak berdaya. Tatapan matanya kosong, fikirannya surut kebelakang, mengingat-ingat apa yang telah diperbuatnya kepada suaminya. Sementara itu, anak-anak masih belum tahu apa yang sedang terjadi. Dilihatnya wajah polos anak-anak itu, berkecamuk dalam pikirannya ratusan pertanyaan tentang bagaimana masa depan anak-anaknya nanti.
Perlahan dibukanya surat panggilan itu, dibawahnya terlampir surat permohonan cerai talak yang ditandatangani suaminya. Dibacanya berulang kali alasan apa yang membuat suaminya sampai hati meninggalkannya.
“Bahwa, pada mulanya kehidupan rumah tangga dalam pernikahan antara Pemohon dan Termohon berjalan dengan baik, sangat rukun, harmonis, dan penuh cinta kasih, namun sejak satu tahun yang lalu, rumah tangga pemohon dan Termohon mulai goyah, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan karena Termohon kurang menerima pemberian nafkah dari Pemohon. Termohon juga menunjukkan sikap yang tidak menghormati dan menghargai Pemohon sebagai suami dan sebagai kepala rumah tangga. Sikap Termohon yang tidak menghormati Pemohon tersebut mengakibatkan Pemohon mengalami penderitaan batin yang berkepanjangan.”
*****
Membangun rumah tangga yang harmonis, memang tidak mudah. Ikatan cinta kasih antara suami istri yang telah terjalin kuat, sering kali hancur karena hal-hal kecil yang tidak disadarinya. Ungkapan bahwa “Istri butuh kasih sayang, suami butuh penghormatan”, adalah benar adanya. Seorang istri tentu menginginkan suaminya menunjukkan kasih sayang kepadanya, sebagaimana seorang suami juga menginginkan istri menunjukkan penghormatannya.
Saya tidak mengatakan bahwa kurangnya penghormatan istri itu, menjadi pembenaran bagi suami untuk meninggalkan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk mengambil pelajaran bahwa, dalam sebuah rumah tangga yang harmonis, penghormatan seorang istri kepada suaminya adalah sangat penting adanya. Fakta menunjukkan kepada kita bahwa, banyak kasus-kasus perceraian yang diajukan oleh suami, dengan alasan kurangnya penghormatan istri kepada suaminya.
Memang, akan ada orang yang menganggap bahwa suami itu hanya berdalih saja. Berdalih bahwa istrinya tidak menghormatinya, padahal ada alasan lain mengapa suami menceraikan istrinya. Boleh jadi, suami memiliki idaman lain. Dalam kasus-kasus tertentu, mungkin saja hal itu terjadi. Tetapi kita tidak bisa menggeneralisir semuanya.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari contoh kasus diatas, agar tercipta rumah tangga yang harmonis diperlukan kasih sayang dan penghormatan yang seimbang. Suami menyayangi istrinya, istri menghormati suaminya.
Hormatilah suamimu dimanapun berada, terutama ketika ia berada di lingkungan keluarga besarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar