Senin, 16 Januari 2017

HIDUP YANG SINGKAT

Hari ini saya berbincang dengan seorang rekan advokat yang karirnya mulai melejit. Beberapa waktu terakhir ini kami jarang bertemu karena dia sering keluar berperkara diluar kota. Demikian pula saya, lebih banyak aktif di kampus daripada menangani perkara.
“Sampean masih aktif di kampus, Mas?”, dia lanjut bertanya.
“Betul, Mas. Sekarang saya lebih banyak di kampus”.
“Sampean sudah menemukan passion-nya di kampus. Kalau saya masih ingin keliling-keliling dulu”, lanjutnya lagi.
“Selain soal itu, umur juga sudah mulai tua, Mas. Anak saya sudah mulai kuliah tahun ini”.
“Wah, cepat sekali rasanya ya..!”.
Begitulah, kehidupan ini semakin terasa begitu cepat.
Dulu, ketika masih muda, orang-orang tua sering memberi nasehat dengan mengatakan bahwa kehidupan ini sangat singkat. Gunakan waktumu sebaik mungkin untuk melakukan hal-hal yang positif. Ketika itu saya tidak mengerti apa maksudnya. Sayapun menjadi tidak peduli apa yang dikatakan mereka. Saya justru merasakan kehidupan ini sangat lambat berjalan. Apalagi ketika masih kecil, menunggu waktu berlalu satu tahun, rasanya sangat lama. Menunggu lebaran tiba, rasanya sangat lama pula.
Sekarang, saya tidak hanya memahami apa yang dulu disampaikan oleh orang-orang tua itu. Lebih dari itu, saya bahkan telah merasakan apa yang mereka katakana dulu. Merasakan bahwa hidup ini memang singkat. Masih segar dalam ingatan saya, ketika saya lulus SMA. Berpisah dengan teman-teman sekolah, sambil berharap kapan-kapan bisa bertemu kembali. Tak terasa waktu itu telah berlalu dua puluh lima tahun yang lalu.
Masih tergambar jelas pula dalam ingatan, ketika saya awal-awal bekerja. Bertemu dengan banyak orang, mengunjungi banyak tempat, bergumul dengan suka dan duka dalam pekerjaan. Kesibukan itu telah melenakan pikiran tentang apa yang akan terjadi dimasa depan. Jalani saja kehidupan ini sebagaimana adanya. Tak terasa pula, pekerjaan itu telah dijalani berpuluh tahun lamanya.
Masih terbayang dengan nyata, bagaimana perasaan cinta yang menggelora ketika jalinan cinta disatukan dalam pernikahan. Perasaan canggung sebagai sepasang kekasih masih terbayang, dan bila membayangkannya kita akan tersenyum-senyum sendiri, lucu saja. Tak terasa pula, masa-masa itu telah berlalu berbilang puluhan tahun pula.
Masih terngiang jelas, suara tangisan buah hati yang baru lahir itu. Perasaan tergagap-gagap menjadi orang tua, belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan, hingga tanya sana sini. Kesibukan merawat buah hati dan menjalani kehidupan rumah tangga telah melenakan pikiran. Tak terasa, buah hati itu kini telah dewasa. Ia telah mulai memilih jalan hidupnya.
Kini, kehidupan terasa lebih cepat lagi. Sehari serasa satu jam, seminggu serasa sehari, hingga setahun pun serasa begitu cepat berlalu. Tak terasa umur telah lebih dari empat puluh tahun. Rasanya belum terlalu banyak yang dapat saya lakukan untuk kebaikan bagi kehidupan ini.
Bagi engkau yang masih muda, bekerja keraslah. Lakukan kebaikan sebanyak kau sanggup melakukannya. Karena hidup ini singkat, jangan kau membuatnya lebih singkat lagi dengan sesuatu yang sia-sia…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar