Kamis, 28 Desember 2017

SI-MBOK

Bagi orang Jawa, terutama yang di desa-desa, ”Mbok” atau “Simbok” adalah kata sapaan kepada orang tua perempuan, ibu. Ada yang mengartikan kata mbok itu sebagai “seng tombok”, maksudnya orang yang selalu tombok, menutupi kekurangan, melunasi dan membuat sempurna terhadap kekurangan anaknya.
Kami sekeluarga menggunakan kata Mbok untuk memanggil Ibu. Meskipun kami tidak dilahirkan di Jawa, tetapi di lingkungan kami semuanya orang Jawa dan menggunakan bahasa Jawa, Kromo Ngoko. Tentu saja bahasa Jawa yang kami gunakan adalah bahasa Jawa yang diucapkan sehari-hari, begitu pula tata bahasanya. Kami tidak pernah dapat pelajaran bahasa Jawa waktu sekolah.
Di desa saya dulu, hampir semua orang memanggil ibunya dengan kata Mbok. Ada juga yang menggunakan kata “Emak”, tetapi hanya sebagian kecil saja. Panggilan ini biasanya dipadankan dengan “Pak” untuk memanggil orang tua laki-laki. Dalam pemakaian sehari-hari biasanya kata mbok ditambah dengan akhiran “e”, sehingga menjadi “Mbok-e”. Misalnya untuk menanyakan dimana keberadaan ibunya digunakan kalimat “Mbok-e tindak menyang ngendi, Le?”, yang artinya “Ibu pergi kemana, Nak?.
Karena digunakan oleh orang-orang desa, panggilan mbok ini menyiratkan sifat kesederhanaan, keluguan dan tidak neko-neko. Namun disisi lain juga menunjukkan sikap yang gigih, pekerja keras dan berani.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti kata mbok sebagai 1. kata sapaan (ragam kromo ngoko) terhadap wanita; 2. kata sapaan terhadap orang tua wanita; ibu; 3. kata sapaan terhadap wanita tua yang kedudukan sosialnya lebih rendah daripada yang menyebutnya.
Dalam perkembangannya, kata mbok sudah banyak berubah maknanya. Seperti arti ketiga dari kata mbok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diatas, mbok lebih dipahami dan digunakan untuk kata sapaan terhadap wanita tua yang kedudukan sosialnya lebih rendah daripada yang menyebutnya. Seperti dalam film dan sinetron-sinetron yang sering ditayangkan di televisi, panggilan mbok selalu tertuju pada seseorang yang berwujud sebagai pembantu rumah tangga. Mereka biasanya ditampilkan dalam bentuk perempuan tua yang lugu dan selama berpuluh tahun mengabdi sebagai pembantu secara terus-menerus.
Apakah anak-anak masa sekarang masih menggunakan kata mbok untuk memanggil ibu mereka? Atau apakah ibu-ibu muda di desa-desa itu kini masih mengajarkan panggilan mbok kepada anak-anaknya? Entahlah… mungkin saja masih ada. Mbok memang kalah keren dibanding Ibu, apalagi mama-papa, mami-papi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar