Minggu, 18 Desember 2016

PELAJAR BERTANI

Ketika saya lulus SMP dulu, belum ada sekolah SMA di daerah saya. Sekolah SMA terdekat berada di kecamatan lain, berjarak lebih dari empat puluh kilometer dari rumah. Sekolah itu bernama SMA Negeri Lembah Melintang di Ujunggading.
Anak-anak lulusan SMP di desa saya banyak yang melanjutkan ke sekolah itu. Sebagian besar mereka kos di rumah-rumah orang setempat. Ada pula beberapa orang yang dibantu oleh orang Jawa yang sudah lama tinggal disana. Mereka menempati pondok-pondok kecil yang dibuat diatas tanah milik orang itu.
Ada lima pondok yang berjajar memanjang. Pondok itu kecil sekali, berbentuk panggung, berukuran dua kali tiga meter, beratap alang-alang. Setiap pondok biasanya ditempati dua orang.
Saya pernah merasakan tinggal disana meskipun tidak terlalu lama.
Didalam pondok yang kecil itu, kami tidur, menyimpan berbagai peralatan, hingga memasak. Memasak masih menggunakan dengan kayu bakar. Tungku untuk memasak diberi lapisan alas dari tanah liat agar apinya tidak membakar lantai yang terbuat dari kayu.
Ada yang unik dari para pelajar yang tinggal di pondok itu. Biasanya, seseorang yang melanjutkan pendidikan hingga keluar meninggalkan desanya, akan fokus dan sungguh-sungguh dalam belajar. Mereka tidak akan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang justru akan menggangu studinya.
Namun, untuk mereka yang tinggal di pondok-pondok itu berbeda, mereka tidak hanya bersekolah saja. Mereka juga bertani, menggarap sawah untuk menanam padi. Memang di wilayah itu masih banyak lahan-lahan sawah yang sebenarnya produktif tetapi tidak digarap, hanya dibiarkan terlantar saja. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh para pelajar ini untuk menambah penghasilan dan membiayai sekolah mereka.
Mereka adalah pelajar yang pekerja keras. Setiap pulang sekolah, mereka langsung berganti seragam. Dari seragam sekolah berganti menjadi pakaian petani. Rutinitas itu mereka jalani setiap hari. Bila hari libur, mereka menghabiskan waktu seharian di sawah.
Saya berpikir, mereka tidak sedang belajar bertani. Mereka sedang bertani. Sawah yang mereka garap itu cukup luas, sesuai kemampuan mereka. Berapapun luas yang diinginkan, lahannya tersedia. Mereka menggunakan sepenuhnya tenaga mereka untuk menggarap sawah itu, mulai mengolah tanah, menanam, menyiangi, hingga panen.
Bila masa panen telah tiba, biasanya saudara-saudara mereka yang didesa akan datang membantu. Membantu memanen padi yang bagi saya jumlahnya banyak sekali.
Saya menyebut mereka pelajar bertani…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar