Selasa, 30 Januari 2018

MENGEJAR BEASISWA

Sejak awal, kami memang mengarahkan anak untuk memilih perguruan tinggi yang memberikan beasiswa untuk biaya pendidikannya, baik yang ikatan dinas maupun tidak. Keuntungannya sudah tentu banyak sekali. Selain tidak lagi perlu memikirkan biaya kuliah yang memang sudah ditanggung oleh lembaga, kita tak direpotkan lagi dengan persaingan masuk kampus negeri. Karena biasanya seleksi perguruan tinggi seperti itu dilakukan lebih dulu sebelum seleksi bersama PTN.
Begitu pula soal mencari pekerjaan setelah lulus nanti. Pada saat teman-teman lain usai wisuda merayakan kelulusannya, mereka masih harus sibuk melamar pekerjaan kesana kemari, lulusan ini bisa langsung fokus pada pekerjaan yang sudah menunggunya.
Akhir-akhir ini lembaga-lembaga pendidikan yang menawarkan beasiswa semacam itu semakin banyak. Informasinya pun semakin mudah didapatkan melalui internet, sehingga siapapun bisa mengaksesnya dengan mudah. Pendidikan seperti ini bisa menjadi alternatif bagi anak-anak yang kurang mampu secara ekonomi namun memiliki kemampuan akademik yang baik. Mereka yang memiliki keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi juga memperoleh kesempatan yang baik.
Tentu saja tidak mudah untuk memperolehnya. Ada harga yang harus dikeluarkan untuk membayarnya, dan harganya tidah murah. “Rego nggowo rupo”, begitu ungkapan dalam bahasa Jawa untuk menggambarkan keadaan itu. Artinya harga membawa rupa, semakin tinggi harganya, semakin bagus pula rupa yang diperoleh. Namun kabar baiknya, harga itu tidak harus berupa uang. Hanya perlu kerja keras, belajar yang super keras, agar mampu menyelesaikan soal-soal saat seleksi masuknya. Persaingan memperebutkannya tak kalah sengit, harus bersaing dengan ribuan bahkan ratusan ribu pelamar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kami tidak terlalu memberi perhatian yang serius saat anak saya mengikuti tahap seleksi online. Disamping karena belum pernah mendengar nama beasiswa itu, juga karena anak-anak masih disibukkan dengan persiapan untuk mengikuti Ujian Nasional dan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Begitu pula di sekolahnya, ketika informasi tentang seleksi beasiswa itu tersebar, tak banyak yang menaruh perhatian. Hanya beberapa anak saja yang tertarik untuk mencoba dan jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Ada alasan lain mengapa anak-anak itu tidak terlalu tertarik dengan beasiswa ini, diantaranya karena program ini adalah non-gelar. Lembaga penyelenggara pendidikan ini tidak memberikan gelar kepada lulusannya.
Meski begitu, saya melihat dia bersungguh-sungguh dengan apa yang dicobanya. Sadar bahwa sebelumnya tidak pernah memahami apa itu akuntansi, karena memang jurusannya di sekolah IPA, diapun berusaha belajar sendiri. Belajar dari buku-buku akuntansi dasar yang dipinjamnya dari Pak Hari, tetangga kami yang memang seorang dosen akuntansi. Merasa belum cukup dengan membaca buku, dia merasa perlu juga memperoleh gambaran langsung dengan cara konsultasi kepada beliau...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar