Kamis, 26 Oktober 2017

KOLESTEROL

Ketika sedang jalan-jalan pagi di alun-alun beberapa waktu lalu, saya lihat ada tiga orang perempuan muda sedang duduk dipinggir lapangan. Ketiganya duduk beralaskan selembar tikar plastik.
Disampingnya ada plakat yang menunjukkan bahwa mereka adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran. Mereka sedang menawarkan berbagai tes kesehatan. Kadar kolesterol, gula darah, kadar asam urat dan lainnnya. Saya lihat peralatan yang mereka gunakan cukup sederhana, semacam peralatan digital.
Saya yang beberapa hari sebelumnya merasakan agak tegang di bagian pundak, mencoba untuk periksa.
"Silahkan, Pak. Tes kolesterol 25 ribu, gula darah 15 ribu, asam urat 15 ribu. Kalau mengambil yang paket harga semuanya 50 ribu".
"Kalau cek tensi berapa, Mbak?".
" Kalau untuk tensi gratis, Pak".
"Kalau gitu, saya mau tes kolesterol dan gula darah saja. Ditambah tensi juga, Mbak".
"Mari silahkan, Pak".
Setelah selesai diambil darah dan dimasukkan kedalam alat periksa semacam testpack, hasilnya pun langsung dapat diketahui. Kadar gula darah agak rendah dibawah angka normal. Tapi untuk kolesterol agak tinggi, beberapa puluh diatas angka normal.
Angka itu cukup membuat hati saya kecut tetapi tidak sampai khawatir. Sebelumnya memang saya belum pernah tes kadar kolesterol, jadi agak terkejut saja ketika melihat angka itu. Saya coba putar memori mundur beberapa hari sebelumnya, untuk mencari apa kira-kira yang menyebabkan si kolesterol itu meningkat.
Akhirnya ketemu... "kambing". Iya benar "daging kambing". Beberapa hari sebelumnya, saya makan daging kambing setiap hari. Sate, gule, kare dan krengsengan setiap hari. Daging itu diperoleh selain dari kepanitiaan kurban, juga pemberian dari tetangga yang sedang berkurban.
Sayapun mulai memprogram diet plus olahraga teratur untuk menurunkan kadar kolesterol sekaligus berat badan. Diet itu dibawah pengawasan ketat dari konsultan Vreda Panorama....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar