Salah satu momen yang paling mengharukan bagi kami saat
pulang kampung kemaren adalah ketika kami ziarah ke makam Ibu. Setiap pulang ke
kampung halaman, tak lupa kami selalu berziarah. Agar tetap terjalin
silarurahim antara kami, meskipun Ibu sudah berada dialam lain. Juga untuk
mendoakan Ibu, sebagai wujud pengabdian kami, anak-anak yang telah dilahirkan
dan dibesarkannya.
Sehari sebelum acara akad nikah adik kami, kami tujuh
bersaudara ziarah bersama. Sebelum berangkat, Bapak berpesan kepada saya agar
semua keluarga yang telah meninggal dunia didoakan, tidak hanya Almarhumah Ibu
saja. Saya mengiyakan permintaan Bapak itu.
Saya tidak tahu, kenapa pesan Bapak itu disampaikan kepada
saya. Padahal ada suadara kami yang tertua. Tapi saya pikir, sudahlah.
Barangkali karena saya anak laki-laki yang dirantau, tidak setiap saat bisa ziarah
ke makam Ibu.
Kami berangkat berjalan kaki bersama-sama, karena memang
jarak dari rumah ke pemakaman tidak terlalu jauh. Tiba dimakam, kami memulai
ritual dengan membersihkan makam dari daun-daun kering yang jatuh menutupi
tanah dan beberapa rumput yang mengering. Lalu kami menaburkan bunga diatas
pusara Ibu, berurutan mulai dari saudara tertua. Hati kami mulai hanyut, larut
dalam kenangan beberapa tahun lalu ketika Ibu terbaring sakit dan akhirnya tak
tertolong lagi.
Tabur bunga usai, saya mulai memimpin doa. Diawali dengan
membaca Surah Al-fatihah, Al-ikhlas, Al-falaq dan Surah An-nas. Sepanjang
bacaan itu kami lantunkan, rasa haru dalam hati semakin tak tertahankan. Air
mata kami tercurah, tumpah tak terbendung. Kami merasa terlalu cepat Ibu
meninggalkan kami.
Saya teguhkan hati, sekuat-kuatnya. Saya sadari, saya harus
melanjutkan memimpin doa. Kami panjatkan doa bersama.
“Allaahummaghfirlaha,
Warhamha, Wa'aafihii Wa'fu Anha Wa Akrim Nuzu Laha…”
“Wahai Allah, ampunilah Ibu kami, rahmatilah, bebaskanlah dan
lepaskanlah dia, dan muliakanlah tempat tinggalnya…..”
Hingga doa usai, saudara kami yang bungsu tak mampu menahan emosinya.
Tangisnya pecah. Air mata tak mampu dibendungnya. Kami coba kuatkan hatinya.
Membimbingnya berjalan meninggalkan makam, dengan terus mengirimkan doa agar
Ibu bahagia dialam sana.
Kami berjalan pulang dalam suasana senyap. Tak ada kata-kata
yang terucap diantara kami. Masing-masing hanyut dengan perasaannya. Hanya doa
yang terucap dari mulut kami…
Allaahummaghfirlaha…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar