Kamis, 13 Oktober 2016

BELANJA

Belanja untuk keperluan dapur, tidak harus repot-repot pergi ke pasar. Sekarang sudah banyak pedangang keliling yang menyediakan semua kebutuhan dapur. Sayuran, lauk pauk, bumbu-bumbu, sampai makanan yang siap santap, semua sudah tersedia dan diantar sampai di depan rumah kita. Pedagang keliling ini biasanya disebut welijo.
Di kompleks perumahan tempat tinggal saya, welijo ini sudah cukup banyak. Selain berkeliling, ada juga yang menggelar dagangannya di perempatanjalan. Sebelum azan subuh, dagangan sudah digelar, siap untuk melayani pelanggannya. Pelanggannya ibu-ibu, yang akan menyiapkan sarapan bagi anggota keluarga dan untuk bekal sekolah anak-anaknya. Jarang sekali terlihat anak-anak yang belanja.
Bagi sebagian orang, tidak mudah menyuruh anak-anak untuk belanja keperluan dapur. Apalagi bila anak-anak sudah mulai beranjak remaja. Mungkin mereka itu merasa malu atau malas kalau disuruh belanja keperluan dapur.
Saya pikir, keengganan anak-anak ini karena mereka tidak terbiasa. Barangkali, ibunya tidak membiasakannya untuk berbelanja sendiri atau tidak mengajaknya untuk belanja bersama. Juga tidak memberi pengertian bahwa belanja keperluan dapur itu juga untuk kepentingannya, selain untuk kepentingan bersama keluarga.
Hal demikian itu telah disadari oleh istri saya, jauh sebelumnya. Sebelum anak-anak beranjak remaja. Anak-anak sering diajak berbelanja bersama, baik belanja ke pasar maupun ke welijo. Karena kebiasaan ikut berbelanja keperluan dapur itu, anak-anak tidak lagi malu atau enggan kalau disuruh belanja oleh ibunya.
Seringkali saya dengar, selepas sholat subuh, anak-anak disuruh oleh ibunya belanja untuk persiapan sarapan.
“Wid, beli bayam, daging sama lombok!!.”
“Iya, buk, berapa?”. Jawabnya tanpa rasa enggan.
Tidak hanya menyuruh anak saya yang perempuan, anak kedua yang laki-laki juga tidak jarang disuruh belanja.
“Qi, beli tempe sama tongkol di welijo!”.
“Iya, buk”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar