Kamis, 13 Oktober 2016

SHOLAT JUMAT

Selama ini, setiap hari jumat, menjelang waktunya sholat jumat, saya selalu berusaha untuk pulang ke rumah. Kemudian sholat jumat di masjid di kompleks perumahan tempat saya tinggal. Bukan karena saya menjadi takmir masjid, apalagi sebagai khatib dan imam sholat. Bukan pula karena saya memilih-milih siapa yang menjadi khatib dan imam. Bukan itu alasannya.
Alasannya adalah agar bisa mengajak anak saya sholat jumat bersama. Anak kedua saya laki-laki, sekarang sudah mulai tumbuh besar. Saya sadari, dalam masa-masa pertumbuhan seperti ini, anak-anak membutuhkan figur seorang bapak untuk mendampingi dan menjadi panutan baginya.
Setiap anak berbeda dengan anak lainnya. Masing-masing unik dan hanya satu-satunya. Kita tidak bisa menyamakan anak kita dengan anak lain, apalagi membanding-bandingkannya, meskipun dengan saudaranya sendiri.
Saya membutuhkan kesabaran yang lebih dari biasanya untuk mendampingi dan mengajak anak saya sholat jumat, sampai dia mau berangkat sendiri. Begitu pula untuk kegiatan-kegiatan yang lain, yang baru dicobanya.
Hari ini, adalah Jumat kedua saya tidak pulang ke rumah untuk mengajaknya sholat jumat. Setelah jumat minggu sebelumnya saya tidak dapat pulang karena suatu urusan, jumat hari ini saya sengaja tidak pulang.
Sore harinya, sepulang kerja, saya bertanya apakah tadi sholat jumat atau tidak. Dengan semangat dan bangga dijawabnya.
“Ya, iya lah…!!.
“Pergi dengan siapa?”.
“Ya pergi sendiri. Dengan siapa lagi?”.
“Berarti, mulai sekarang kalau sholat jumat nggak perlu nunggu Bapak ya…!”, saya mencoba meyakinkan bahwa sudah waktunya dia harus berangkat sendiri, tanpa perlu menunggu bapak.
Meskipun pulang jumat siang tidak menjadi pikiran lagi bagi saya, tetapi saya akan berusaha untuk tetap pulang sesekali untuk menemaninya sholat jumat.
Momen-momen itu sangat berharga bagi kita, karena tidak lama lagi akan tiba masanya, anak-anak tidak mau lagi ditemani oleh orang tuanya. Dia akan sibuk sendiri dengan dunianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar