Selasa, 25 Oktober 2016

TERLANJUR CINTA

Beberapa tahun lalu, seorang ibu bercerita tentang keadaan rumah tangganya yang berada diambang perpecahan.
“Begini Pak, saya baru menerima surat gugatan cerai talak dari suami saya”.
“Alasan dalam gugatannya apa?.
“Katanya sering terjadi perselisihan dan pertengkaran antara suami dan istri”.
“Selain itu, apa lagi?.
“Katanya, saya kurang menghormati dan menhargai suami”.
“Menurut Ibu, apa yang diceritakan suami Ibu dalam surat gugatan itu benar atau tidak?.
“Tidak benar Pak, selama ini keluarga kami baik-baik saja. Kalaupun ada perbedaan pendapat diantara kami, dapat kami selesaikan bersama. Bahkan, saya juga membantu suami untuk menambah penghasilan keluarga”.
“Sekarang, apakah Ibu masih tinggal bersama suami?.
“Sudah tidak lagi, tiba-tiba dia pergi meninggalkan saya dan dua anak saya sejak dua bulan yang lalu”.
“Menurut Ibu, kira-kira mengapa suami meninggalkan Ibu?
“Pasti karena ada wanita lain, Pak”.
“Mengapa Ibu berpikir begitu?.
“Karena dia sering punya pacar lain”.
“Dulu, perkawinan Ibu dengan suami, di jodohkan oleh orang tua atau pilihan sendiri?.
“Pilihan sendiri, Pak”.
“Pada waktu perkawinan, apakah suami Ibu juga punya pacar lain?”.
“Ada beberapa orang”.
“Meskipun pacarnya banyak, Ibu tetap mau menikah dengan dia?”.
“Ya bagaimana lagi Pak, saya sudah terlanjur cinta……..”.
*****
Begitulah, sebenarnya benih-benih perpecahan dalam perkawinan itu telah diketahui sejak awal, bahkan sejak perkawinan belum dilaksanakan. Ungkapan “sudah terlanjur cinta” biasanya menjadi alasan pembenaran yang mampu membutakan mata dan logika.
Celakanya lagi, banyak yang berharap pasangannya akan berubah setelah perkawinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar