Selasa, 08 November 2016

TERLANJUR CINTA – LAGI

Ungkapan “terlanjur cinta” memang sering kali menjadi alasan pembenaran untuk tindakan seseorang yang mengalami kegagalan dalam berumah tangga. Pembenaran yang oleh kebanyakan orang dianggap tidak masuk akal.
Memang cinta itu tidak masuk akal dan membutakan mata dan logika.
Cerita berikut ini masih berkaitan dengan ungkapan “sudah terlanjur cinta”, tetapi dari sisi yang berbeda.
Seorang ibu muda menceritakan keadaan rumah tangganya, sambil menggendong anak keduanya yang masih bayi. Ada bekas luka dibibirnya. Pelipisnya terlihat memar berwarna kebiruan, bekas pukulan.
“Saya sudah tidak kuat lagi, Pak”. Katanya singkat, ketika saya tanya ada keperluan apa dengan kedatangannya. Saya coba bertanya lagi,
“Tidak kuat kenapa. Kenapa wajah Ibu kok lebam-lebam?
“Dipukul sama suami saya, Pak”.
“Lho, memangnya suami Ibu petinju?, saya bertanya dengan agak bercanda agar suasana tidak terlalu tegang.
“Bukan, Pak. Suami saya memang sering main pukul kalau sedang marah”.
“Ibu sudah berapa lama berumah tangga?”.
“Lebih lima tahun, Pak”.
“Sejak kapan suami Ibu suka memukul?”.
“Sejak kami menikah sudah sering main tangan, Pak. Kalau ada masalah sedikit saja, dia langsung emosi dan memukul saya. Bahkan, waktu saya hamil pertama sampai keguguran karena perlakuan suami saya”.
“Selama ini apa tidak pernah dilaporkan ke Polisi?”.
“Pernah Pak, tapi kemudian berhasil didamaikan”.
“Terus, sekarang maunya Ibu apa?”.
“Saya sudah tidak sanggup lagi, Pak. Lima tahun saya disakiti terus, saya coba bertahan. Sekarang saya sudah tidak kuat lagi, saya mau mengajukan cerai saja”.
“Dulu, sebelum menikah, apakah dia pernah memukul juga?”.
“Iya, Pak. Tapi saya pikir dia akan berubah setelah menikah. Ternyata malah menjadi-jadi”.
“Sejak awal Ibu sudah tahu kalau calon suami suka main pukul, tetapi Ibu tetap mau menikah dengan dia?”.
“Ya bagaimana lagi Pak, dulu saya sudah terlanjur cinta……..”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar