Selasa, 08 November 2016

MERENCANAKAN TINGGI BADAN

Sering kali ada yang bertanya bila saya berjalan dengan anak saya yang pertama,
“Tinggi sekali anaknya?, Ibunya pasti tinggi ya..?”.
Sebaliknya, bila berjalan dengan ibunya, lebih banyak lagi yang bertanya,
“Bapaknya pasti tinggi ya..?”.
Postur anak saya memang tinggi, jauh lebih tinggi daripada ibunya. Bahkan, sedikit lebih tinggi daripada saya, bapaknya. Begitu pula dengan anak kedua, tingginya hampir sama dengan ibunya.
Sejak awal, kami memang “menargetkan” tinggi badan anak-anak kami, setidak-tidaknya sama dengan tinggi badan saya. Tentu bukan tanpa alasan kalau kami merencanakan tinggi badan untuk anak-anak kami. Setidaknya, postur badan yang tinggi akan meningkatkan rasa percaya diri pada anak. Meskipun, bukan berarti kalau yang tidak tinggi, mesti kurang percaya diri.
Alasan lainnya adalah untuk membekali anak-anak dalam pemenuhan persyaratan bila ingin menekuni profesi tertentu, yang mensyaratkan tinggi badan minimal. Misalnya, bila anak ingin menjadi seorang pramugari, tentu ada syarat minimal tinggi badan.
Demikian pula bila ingin menjadi perwira polisi atau TNI. Tentu sangat disesalkan bila keinginan anak untuk menekuni profesi yang akan dipilihnya, kemudian terhambat oleh kurangnya tinggi badan.
Kami memahami bahwa, tinggi badan seseorang akan ditentukan oleh dua hal, yaitu faktor keturunan dan faktor asupan nutrisi.
Tidak banyak yang dapat kita lakukan berkaitan dengan faktor keturunan atau genetik ini. Kita tidak dapat memilih untuk dilahirkan oleh siapa, kapan dan dimana. Kita juga tidak dapat memilih untuk dilahirkan dari orang tua yang berbadan tinggi besar. Kita terima hal itu sebagai anugerah dari Tuhan yang maha kuasa, apa adanya tanpa perlu protes apalagi menyesalinya.
Bila secara genetik, kita diturunkan dari orang tua yang tidak terlalu tinggi, kita dapat berusaha dari faktor penentu kedua, yaitu faktor nutrisi.
Bila secara genetik kedua orang tua memiliki tubuh yang tinggi, tetapi anaknya tidak setinggi orang tuanya, maka hampir dipastikan ada masalah dalam pemberian asupan nutrisi pada masa pertumbuhannya.
Menurut ilmu “pernutrisian”, dikatakan bahwa tubuh yang diisi dengan asupan nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tinggi badan anak. Tentu asupan nutrisi yang lengkap dan seimbang ini harus diberikan sejak masih bayi secara terus-menerus hingga masa pertumbuhan tinggi badan berhenti. Nutrisi yang lengkap dan seimbang ini juga perlu dilengkapi dengan berolah raga yang teratur. Bila masa pertumbuhan ini terlewati, maka akan sulit mencapai tinggi badan yang ideal.
Pengaturan asupan nutrisi agar selalu seimbang inilah yang kami lakukan selama masa pertumbuhan anak-anak kami. Sejak anak kami masih kecil dulu, ketika masih makan nasi tim halus sebagai makanan pendamping ASI, saya bertugas menjadi penyacah daging. Setiap hari selepas solat shubuh, biasanya saya selalu membuat keributan didapur dengan menyacah daging hingga halus. Daging cacah itu untuk bahan campuran makanan pendamping ASI.
Hingga kini, ternyata tugas mencacah daging itu masih berlanjut. Bukan lagi untuk campuran nasi tim, tetapi untuk membuat patty, kesukaan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar