Kamis, 24 November 2016

KOMITMEN MEMBANGUN KELUARGA

Baru saja, saya membaca berita tentang masih tingginya angka perceraian, baik secara nasional maupun Kabupaten Jember. Untuk Kabupaten Jember, sampai dengan September 2016, angkanya lebih dari empat ribu kasus. Meskipun masih tinggi tetapi angka itu menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Faktor utama yang menjadi penyebab perceraian adalah masalah nafkah ekonomi dan karena terlalu muda usia pasangan saat mejalani perkawinan.
Saya mencoba menganalisis keterkaitan antara masalah ekonomi keluarga dan perkawinan dalam usia muda ini dengan perceraian.
Kalau kita lihat orang-orang tua kita dulu, sebagian besar mereka hidup dalam keadaan yang serba sulit. Kehidupan mereka sulit bukan karena malas bekerja, tetapi karena memang dalam masa perjuangan. Keadaan yang belum sepenuhnya aman tentu tidak memungkinkan untuk bekerja dengan tenang.
Ditambah lagi dengan belum banyaknya orang yang bersekolah ketika itu. Sebagian besar mereka tidak pernah merasakan bangku pendidikan. Pendidikan masih menjadi barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu saja.
Namun demikian, walaupun dalam kehidupan yang demikian itu, keluarga mereka baik-baik saja. Meskipun dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, mereka saling bahu-membahu dan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tidak banyak diantara mereka yang menuntut melebihi dari kemampuan masing-masing dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
Saya merasakan adanya komitmen yang kuat diantara orang-orang tua kita dulu. Komitmen untuk membangun keluarga. Masing-masing menginginkan anak-anak mereka tumbuh dan mandiri. Yang mereka inginkan sangat sederhana, ingin anak-anak lebih baik kehidupannya dari orang tuanya. Itu saja.
Komitmen untuk membangun keluarga inilah yang sekarang ini kurang dimiliki oleh pasangan muda yang hendak menikah. Mereka ini lebih banyak yang hanya bersenang-senang saja. Setelah menikah, mereka tergagap-gagap dalam menghadapi persoalan yang menghadang. Ketidaksiapan secara mental, karena usia yang masih muda, menambah lengkap permasalahan mereka.
Komitmen yang kuat akan melahirkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab secara pribadi, tanggung jawab sebagai keluarga juga tanggung jawab sebagai anggota masyarakat. Beban semua tanggung jawab itu harus dipikul oleh mereka yang sudah berkeluarga, suami dan istri.
Bila komitmen dan tanggung jawab ini telah dimiliki oleh pasangan suami istri, persoalan seberat apapun akan mampu diatasi oleh mereka. Persoalan kurangnya nafkah ekonomi akan menjadi masalah yang sangat kecil bagi mereka.
Bila keringat telah terkuras, bila ikhtiar telah diupayakan semaksimal mungkin, maka ketika itu tanggung jawab telah ditunaikan. Persoalan hasil, pasrahkan hanya kepada Tuhan.
Memang, kita perlu menakar kembali besarnya komitmen kita untuk membangun keluarga. Saya jadi teringat kembali salah satu komentar seorang teman,
“True love isn't found but it is built….”,
Cinta sejati tidak ditemukan tetapi dibangun…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar