Kamis, 24 November 2016

RUMAH BERANTAKAN

Banyak orang tua, terutama ibu-ibu yang masih muda, yang marah dan stress bila rumahnya terlihat berantakan. Mainan anak-anak tersebar di setiap tempat. Demikan pula buku-buku anak bertebaran, karena sehabis dilihat-lihat kemudian ditinggalkan begitu saja. Atau sisa-sisa makanan yang terselip di pojok-pojok kursi.
Apalagi bila dinding rumah penuh dengan coretan pensil dan spidol. Seolah-olah dinding itu menjadi kanvas lukis raksasa dengan lukisan yang tak pernah selesai. Tentu saja lukisan yang beraliran abstrak berupa garis-garis panjang bolak balik dan warna warni.
Mereka itu inginnya rumah yang terlihat rapi tertata, bersih dan teratur. Seperti rumah baru yang menjadi rumah contoh bagi perusahaan pengembang. Bagi saya, keadaan rumah seperti itu baru bisa diwujudkan tatkala mereka sudah pensiun. Anak-anak mereka sudah menikah semua dan masing-masing sudah tinggal di rumahnya sendiri. Tinggallah mereka berdua saja yang menempati rumah itu, tak ada orang lain.
Tetapi bila dalam rumah itu masih ada anak-anak, apalagi yang masih balita, tentu keadaan berantakan itu tak dapat elakkan. Bermain adalah sarana belajar bagi anak-anak kita. Anak-anak balita memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Rasa ingin tahu dan mencoba-coba sesuatu hal yang baru itu mereka wujudkan dengan mainan mereka. Jadi wajar saja bila mainan itu terlempar kesana kemari. Bahkan karena rasa ingin tahu apa yang ada didalam mainan itu juga, terkadang mainan itu dibongkarnya.
Kita sebagai orang tua biasanya menilai hal itu sebagai merusak. Tetapi sebenarnya itu adalah salah satu cara mereka belajar yang bersumber dari rasa ingin tahunya.
Bagi saya, keadaan rumah yang berantakan karena ulah anak-anak yang bermain, tidak ada masalah. Dengan begitu sebenarnya kita dapat dengan mudah untuk mengajarkan pentingnya karapian dan kebersihan kepada anak. Anak akan merasakan langsung perbedaan antara rumah yang rapi dan bersih dengan rumah dalam keadaan berantakan.
Demikian pula anak-anak yang suka mencoret-coret dinding. Tentu kurang bijak, apabila kita melarang mereka, tanpa menyediakan untuknya media yang dapat dipakainya untuk menggambar. Saya sempat menunda mengecat dinding rumah beberapa tahun karena saya tahu anak saya masih suka mencoret-coretnya.
Satu hal yang harus dipahami dan disyukuri oleh orang tua adalah bahwa keadaan rumah yang berantakan menandakan bahwa dirumah itu masih ada kehidupan. Bayangkan bila hanya kita seorang diri yang hidup didalamnya, rumah akan tetap rapi, sejak pagi hingga pagi hari berikutnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar