Selasa, 21 Februari 2017

PUJAKESUMA 3

“Bocah ora Jawa”
Bagi “Pujakesuma” seperti saya, mengunjungi tanah Jawa merupakan impian. Impian yang terus-menerus ingin diwujudkan. Impian untuk melihat dan merasakan tanah Jawa sebagai tanah leluhur. Impian merasakan pulang kampung kembali sebagai sebagai orang Jawa.
Leluhur saya asli Jawa. Saya, sebagai keturunannya tentu mengaku sebagai orang Jawa juga.
“Saya Jawa asli”, begitu kata saya dalam hati.
Tetapi pengakuan itu hanya klaim saya pribadi saja. Bagaimana mengaku sebagai orang Jawa, wong melihat Jawa saja belum pernah.
Karena dorongan yang sangat kuat untuk memperoleh pengakuan menjadi orang Jawa ini, membuat saya berusaha keras agar dapat mewujudkan impian itu. Impian mengunjungi tanah leluhur, tanah nenek moyang.
Begitu kuatnya keinginan itu, dulu waktu saya masih anak-anak, sering muncul dalam bayangan saya sesuatu yang utopis tentang tanah Jawa dan orang Jawa. Dalam bayangan saya, tanah Jawa itu sangat indah, bersih dan sempurna. Semua hal yang baik-baik dan positif semua ada di Jawa.
Begitu pula tentang orang Jawa, dalam bayangan saya, semua orang Jawa itu baik, halus tutur katanya, sopan dan ramah. Tidak ada orang Jawa yang jahat, tidak ada orang Jawa yang bengis apalagi kejam.
Bayangan utopis itu bukan tanpa alasan. Boleh jadi karena masih anak-anak yang polos cara berfikirnya. Tetapi alasan yang melatarbelakangi bayangan seperti itu adalah bahwa orang-orang dari Jawa yang datang berkunjung ke rumah kami pada waktu itu memang menunjukkan sikap-sikap yang baik, sopan dan ramah kepada kami.
Alasan lain yang lebih berpengaruh pada pribadi saya adalah nasehat Ibu saya. Ibu mengajarkan bahwa kata “Jawa” atau "Jowo" itu bukan hanya kata yang menunjuk pada nama suku atau nama pulau saja, tetapi juga memiliki pengertian sifat yang baik. Orang yang tidak baik perilakunya dinamakan “Ora Jawa” yang berarti tidak Jawa.
Demikian pula, kepada kami yang masih anak-anak, pada saat bermain bersama teman dan saudara ada yang menyakiti anak yang lain, Ibu pasti mengatakan “Bocah ora Jawa”.
Sejak saat itu, saya selalu berfikir bahwa orang Jawa itu mesti berperilaku baik. Kalau perilakunya tidak baik berarti bukan orang “Jawa”, dalam pengertian sifatnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar