Selasa, 21 Februari 2017

TAK SESULIT YANG DIBAYANGKAN

Ketika memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2, ada perasaan khawatir dalam hati saya. “Mampu nggak ya?”, begitu pertanyaan yang selalu muncul dalam benak.
Saya menyadari betul bahwa ketika menyelesaikan kuliah S1 beberapa tahun sebelumnya, umur saya sudah tidak muda lagi. Ketika itu saya sudah bekerja dan berkeluarga. Dalam keadaan demikian, prinsip yang saya anut adalah pekerjaan lebih utama, sedangkan kuliah hanya sampingan saja. Karena itu bila ada benturan antara keduanya maka yang diutamakan adalah pekerjaan.
Prinsip yang dianut tersebut tentu memiliki konsekuensi. Salah satunya adalah seringnya tidak masuk kuliah karena harus bekerja keluar kota. Keadaan demikian membuat saya selalu tertinggal dalam materi kuliah. Saya menyadari betul keadaan ini. Untuk mengejar ketertinggalan itu saya harus mampu belajar secara mandiri dengan membaca buku lebih banyak dan lebih sering.
Kebiasaan membaca yang saya miliki selama ini, cukup membantu untuk menyiasati keadaan. Membaca bagi saya adalah kegiatan yang menyenangkan, buka hanya sebagai obat tidur saja. Saya sebut obat tidur karena bagi sebagian orang, membaca hanya sebagai pengantar tidur. Bila mata tak kunjung terlelap, tak perlu minum obat tidur. Ambil saja buku dan bacalah beberapa saat, tak perlu waktu yang lama maka kita akan larut terbuai dalam mimpi…
Lalu awal perkuliahan pun tiba. Dosen-dosennya hampir seluruhnya bergelar doktor dan professor. Mereka semua orang pintar-pintar. Saya cukup kewalahan untuk mengikuti materi perkuliahan. Materi-materi dasar yang sudah diberikan pada tingkat sarjana, semua dianggap sudah tahu dan memahami. Hanya materi-materi yang bersifat pengembangan saja yang diajarkan pada tingkat magister. Untuk kedua kalinya, saya harus kembali banyak belajar secara mandiri. Mengulangi membaca ulang kembali materi-materi dasar yang semestinya sudah saya pahami saat kuliah S1 dulu.
Teman-teman sekelas saya terlihat santai-santai saja dalam mengikuti perkuliahan. Tidak terlihat ada beban mereka untuk mengikuti materi-materi yang disampaikan dosen. Begitu pula dengan tugas-tugas untuk membuat makalah ilmiah. Memang, mereka semua adalah lulusan perguruan tinggi negeri, tidak seperti saya. Bagi mereka tentu materi perkuliahan dasar itu sudah dikuasai dengan baik pada kuliah sebelumnya.
Meskipun demikian, tak perlu waktu yang lama bagi saya untuk mengejar ketertinggalan itu. Semangat dan keinginan yang kuat adalah pemacu dan pemicu untuk setidaknya menyamai mereka. Untuk target itu, saya mesti belajar dua kali lebih keras, mempelajari materi S1 dan S2 sekaligus. Dan kerja keras itu telah membuahkan hasil yang manis, tidak hanya mampu menyamai mereka, bahkan dalam beberapa hal mampu melebihi mereka.
Begitulah, sebenarnya kekhawatiran yang selalu muncul diawal sebelum kita terjun didalamnya, seringkali terlalu berlebihan. Perasaan demikian memang selalu muncul sebelum kita benar-benar masuk kedalamnya. Hal itu tentu wajar saja, karena memang kita belum pernah mengalami dan merasakannya. Kekhawatiran akan masih dianggap wajar sepanjang tidak menghalangi langkah untuk terus melangkah maju.
Setelah terjun didalamnya, keadaannya ternyata tidak sesulit dan serumit yang dibayangkan sebelumnya. Singkirkan kekhawatiran itu. Teruslah melangkah untuk menggapai impianmu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar