Selasa, 21 Februari 2017

PUJAKESUMA


Ketika masih tinggal di Padang dulu, setiap ketemu dengan orang dari Jawa, pertanyaan ini yang selalu ditanyakan kepada saya,
“Aslinya mana Mas?”
atau
“Jawanya mana Mas?”.
Saya yang pada waktu itu belum pernah sama sekali ke Jawa, belum tahu bagaimana warna pulau Jawa, agak bingung menjawabnya. Kalau saya jawab saya dari Tulung Agung, Jawa Timur, tempat asal leluhur Ibu saya, saya agak khawatir. Karena saya sendiri belum pernah tahu dimana Tulung Agung itu. Nanti kalau ternyata yang bertanya kebetulan berasal dari Tulung Agung, agak repot jadinya kalau diajak ngobrol tentang Tulung Agung yang belum saya ketahui.
Kalau saya jawab saya asli Pasaman, orang yang bertanya jelas akan meragukan jawaban saya. Pertama, karena wajah saya kalau diamati terlihat asli wajah Jawa, mirip Phitecanthropus, manusia purba yang asli Jawa itu.
Alasan kedua, nama saya adalah nama yang identik dengan Jawa. Setiap orang yang mendengar atau membaca nama saya sudah pasti akan menuduh saya orang Jawa. “Asli Pasaman kok namanya Supianto”, begitu biasanya tanggapan si penanya.
Berkenalan dengan orang baru terutama dengan orang dari Jawa, selalu menjadi beban tersendiri bagi saya, beban untuk menjelaskan tentang saya asli mana. Darah yang mengalir di tubuh saya adalah Jawa tetapi saya dilahirkan di Sumatera. Tidak hanya dilahirkan saja, tetapi juga dibesarkan di Sumatera.
Biasanya, jawaban diplomatis yang selalu muncul adalah, “Saya Putra Jawa Kelahiran Sumatera alias Puja Kesuma”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar