Selasa, 21 Februari 2017

PUJAKESUMA 4

Belajar Bahasa Minang
Menjadi “Puja Kesuma”, khususnya yang berasal dari Pasaman, punya keunggulan yang tidak dimiliki oleh “Puja Kesuma” lainnya. Salah satunya adalah mampu menguasai setidaknya tiga bahasa daerah. Bahasa Jawa, Minang dan Batak. Ketiganya sering disingkat “Jambak”.
Bahasa Jawa, menjadi bahasa ibu. Bahasa jawa digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Tetapi bukan bahasa jawa halus sebagaimana di Jawa. Tidak banyak dari kami yang mampu bahasa Jawa halus (Kromo Inggil). Bahasa Jawa yang telah banyak dipengaruhi oleh bahasa setempat, baik Minang/Melayu maupun bahasa Batak. Pengaruh bahasa setempat tidak hanya pada dialek atau cara pengucapan kata-kata, tetapi lebih jauh lagi yaitu penggunaan bahasa jawa yang sekali-sekali diselingi dengan bahasa setempat.
Saya teringat, dulu pernah ada skripsi mahasiswa jurusan Bahasa yang menulis tentang pengaruh bahasa jawa terhadap bahasa Minang di Pasaman Barat ini menjadi objek penelitiannya. Luar Biasa!
Kedua, Bahasa Minang. Termasuk dalam Bahasa Minang ini adalah Bahasa Melayu. Keduanya tergabung dalam rumpun bahasa yang sama. Hanya berbeda dalam pengucapan dan dialeknya saja. Misalnya, kata “dimana” dalam bahasa Minang disebut “dima” sedangkan dalam bahasa Melayu disebut “dimano”. Demikian pula kata “siapa” dalam bahasa Minang : “sia”, sedang dalam bahasa melayu : “siapo”.
Menguasai bahasa Minang, bagi kami tidaklah terlalu sulit. Karena bahasa ini merupakan bahasa umum di Sumatera Barat dan masih serumpun dengan asal Bahasa Indonesia. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk memudahkan berbahasa minang. Salah satunya dengan mengganti suku kata terakhir dari Bahasa Indonesia.
Suku kata terakhir dalam Bahasa Indonesia “…ing” dirubah menjadi “…iang” dalam Bahasa Minang. Contoh : “Piring” – menjadi “Piriang”, “Kucing” – “Kuciang”, “Banting” – “Bantiang”.
Kalau suku kata terakhir dalam Bahasa Indonesia “…at” dirubah menjadi “…ek” dalam Bahasa Minang. Contoh : “Buat” – menjadi “Buek”, “Surat” – “Surek”, “Muat” – “Muek”.
Kalau suku kata terakhir dalam Bahasa Indonesia huruf “…a” dirubah menjadi “…o” dalam Bahasa Minang. Contoh : “Kita” – menjadi “Kito”, “Lima” – “Limo”, “Ada” – “Ado”.
Begitu pula suku kata terakhir dalam Bahasa Indonesia “…as” dirubah menjadi “…eh” dalam Bahasa Minang. Contoh : “Panas” – menjadi “Paneh”, “Pedas” – “Padeh”, “Kupas” – “Kupeh”.
Dan masih banyak lagi rumus yang lainnya.
Bahasa daerah ketiga yang dikuasai oleh Puja Kesuma Pasaman Barat adalah Bahasa Batak. Bahasa Batak disini bukan Batak Karo atau Batak Toba yang sering kita dengar, tetapi Batak Mandailing. Dari wilayahnya, memang Pasaman Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.
Masyarakat Mandailing ini sehari-hari menggunakan bahasa Batak Mandailing dalam berkomunikasi. Pergaulan yang intensif dengan masyarakat Mandailing memiliki andil besar bagi kemampuan berbahasan Batak Mandailing ini. Sehingga bahasa ini memberi pengaruh yang besar pada bahasa Jawa yang digunakan oleh para “Puja Kesuma” di Pasaman Barat.
Mampu berbicara dalam tiga bahasa daerah punya keunikan tersendiri. Bila bertemu dengan teman Minang kami gunakan bahasa minang. Bila bertemu dengan teman Mandailing kami gunakan bahasa Mandailing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar